Pages - Menu

Kamis, 20 Juni 2019

Penjara Mesir Yang Allah Abadikan -1

Bismillahirrahmanirrahim,

Satu-satunya penjara dunia yang diabadikan penyebutannya oleh Allah SWT dalam Al Qur'an adalah penjara Mesir. Dalam bahasa Arab, penjara disebut dengan سجن. Allah SWT menyinggungnya dalam Al Qur'an sebanyak 10 kali. Sembilan kali Allah sebutkan dalam surat Yusuf dan satu kali dalam surat Asy-Syu'ara. 

Dalam kisah Al Qur'an tentang penjara Mesir ini, Allah pilihkan dua tokoh istimewa, nabi-Nya Yusuf dan Musa 'alaihimassalam. Kisah mereka berdua kemudian mengabadi, menjadi memoar yang tetap bisa kita baca dan saksikan hingga hari ini.

Adapun pengulangan penyebutan penjara dengan berbagai bentuk redaksinya, ternyata juga merupakan salah satu mu'jizat Al Qur'an. Allah menggambarkan begitu rinci tentang seluk kehidupan penjara Mesir, tentang orang-orang yang menghuninya dan tentang kediktatoran para penguasa sepanjang zaman.

Dari sini kita akan semakin yakin betapa kuat diksi bahasa Al Qur'an dan maha luas ilmu Allah. Semua itu agar kita mau mengambil ibrah.

Sekarang mari kita simak bagaimana Al Qur'an menceritakan. Allah SWT berfirman:

قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَن يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (Qs. Yusuf: 25)

Adalah Zulaikha, istri pembesar Mesir yang jatuh cinta kepada anak angkatnya Yusuf. Ia tidak mampu mengendalikan perasaannya hingga ia nekat menjebak Yusuf untuk mengikuti hasratnya, mengkhianati suaminya. Namun Yusuf segera berlindung kepada Allah dan berlari menuju pintu keluar. Yusuf berhasil mencapai pintu yang sebelumnya sudah ditutup rapat oleh Zulaikha, dan Zulaikha berhasil menarik bajunya dari belakang hingga robek. Namun pada waktu bersamaan suaminya datang membuka pintu dan memergoki apa yang terjadi.

Dalam kondisi ini Yusuf hanyalah seorang anak angkat yang diselamatkan dari sumur dan dibesarkan oleh al-Aziz (pembesar) Mesir. Ia tak punya kuasa untuk membela diri, kecuali Allah sebagai pembelanya, dan ia menyadari hal itu sehingga ia memilih 'berlari' kepada-Nya dari godaan Zulaikha. 

Sementara di sisi lain, Zulaikha juga sadar betul siapa dirinya. Ia adalah seorang bangsawan, istri penguasa, punya kekuasaan di istana itu dan tentu saja tak ingin reputasinya hancur di hadapan suaminya dan Yusuf, sang anak angkat. Maka, sifat diktatornya pun muncul. Ia pun menggunakan ancaman 'penjara' demi melindungi harga diri dan obsesinya.

Ia pun mengulangi ancaman yang sama di hadapan para wanita Mesir, setelah mereka terpukau melihat ketampanan Yusuf dan menerima alasan kuat ketertarikan Zulaikha. Tanpa sadar telah melukai jari-jari mereka sendiri. Zulaikha pun berkata, sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:

وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوناً مِّنَ الصَّاغِرِين

Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina” (Qs. Yusuf: 32)

Ancaman penjara Zulaikha untuk memuluskan obsesinya. Ini kemudian Allah abadikan, dan ternyata inilah yang menjadi karakter warisan para diktator Mesir sepanjang sejarah. Mereka menggunakan ancaman yang sama bagi siapapun yang dianggap menghalangi kepentingannya. Mereka berfikir bahwa dengan cara ini mereka akan ditakuti dan ditaati.

Dan memang, jiwa-jiwa yang kerdil dan haus akan kehormatan akan ketakutan dengan ancaman ini. Namun tidak berlaku bagi Yusuf, lelaki bergelar as-shiddiq (yang jujur keimanannya pada Allah).

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. (Qs. Yusuf: 33)

Akhirnya orang-orang yang jujur keimanannya pada Allah dan mencintai kehidupan akhirat, lebih memilih dipenjara, daripada ikut dengan segala tipu daya dan kemuliaan duniawi. Inilah Yusuf yang kemudian Allah abadikan dengan gelar as-shiddiq. 

Inilah keunikan penjara-penjara Mesir. Sepanjang sejarah hingga hari ini, sebagiaanya dipenuhi oleh orang-orang baik, yang rela dipenjara dan disiksa bukan karena kejahatannya, namun lantaran tak mau ikut dengan penguasanya. Dan ajaibnya lagi para penguasa dan hakim yang menjebloskan para tahanan tersebut mengetahui bahwa yang mereka penjarakan memang tidak bersalah. Mereka tidak mau diatur dan tidak pro dengan kepentingannya. Itu saja.


Tapi inilah barangkali 'kutukan' untuk mereka, lantaran mengabaikan kebenaran dan menjual kebenaran demi setetes gengsi duniawi. Hingga mereka dengan suka rela mewarisi karakter buruk, kediktatoran nenek moyang mereka, para Fir'aun dan kaki tangannya. Wallahu a'lam

-Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar