Ranah

Ratok taragak dari rantau

Laba-laba

Together, everywhere, forever..

Be happy

Ceria mengejar impian.. tetap optimis walau jalan masih berdebu

Revolution

Menyaksikan sisa-sisa Revolusi Mesir di Tahrir Square

BBM club

Belajar,Berbagi, Mumtaz | Korean view - International Park

Sejarah kita tak bisa lepas dari orang, bangunan, dan tradisi. Di dalamnya kita temukan nilai-nilai, pola hubungan, budaya, dan juga peradaban. Pada ketiganya kita menyandarkan sebagian besar proses bertumbuh dalam hidup. Sebab hidup, adalah soal bercermin dari masa lalu dan masa sekarang, untuk masa depan. Oleh karena itu, Al Qur'an menyuruh kita berjalan, agar mata lebih terbuka, agar kita mau berpikir, mengambil pelajaran, dan mengerti. Maka, "Lihat Bangunan, Orang, dan Tradisi Negeri lain" #tarbawi 295

Kamis, 12 Desember 2013

Mesirku, antara Idealisme dan Realita

Berfikir idealis memang perlu, namun ternyata tak selamanya idealisme mampu menjawab semua permasalahan yang ada. Karena realitas bisa saja lebih rumit dari idealisme yang kita yakini, bisa juga sangat sederhana, tak serumit teori yang kita fahami. Maka mereka yang bekerja di lapangan jauh lebih memahami persoalan yang dihadapi daripada orang-orang yang hanya duduk mengamati dan mengkaji.

Barangkali apa yang terjadi di Mesir saat ini adalah pembelajaran tentang bagaimana mencari titik temu antara idealisme dengan realita. Setelah kedok propaganda militer untuk menguasai Mesir terbuka, semua koalisi yang tadinya ikut bergabung menggulingkan Ikhwanul Muslimin terperangah dan terbelalak, terbangun dari mimpi, sadar bahwa mereka telah ditipu dan diperalat.

Akhirnya satu persatu mulai membangun keberanian untuk turun melawan, sebutlah tokoh-tokoh An-Nur dengan berbagai pernyataan sikapnya, gerakan Tamarrud yang tadinya dielu-elukan mulai sakit hati setelah dikhianati, gerakan 6 April yang merasa paling nasionalis dan merasa mendapat dukungan dari miluter, terpaksa menelan pil pahit setelah pimpinannya ditangkap.

Sekarang muncul pertanyaan, kenapa mereka yang sudah siap melawan itu tidak bersatu saja menggelar demo? Kenapa massa pendukung IM memilih bergerak sendiri dengan mengusung simbol Rab'iahnya, sementara gerakan gerakan lain memilih bergerak sendiri bersama kelompoknya. Bukankah persatuan akan menimbulkan kekuatan..

Semua itu benar, namun ada sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri. Dimana terjadinya sebuah pengkhianatan bersama yang mengakibatkan massa Islamis (kecuali beberapa oknum salafi) terpaksa berjalan sendiri. Walau bagaimanapun pengkhianatan adalah sebuah hal yang sangat menyakitkan, dan inilah sumber bencana. Pengkhianatan telah menghancurkan nilai-nilai kepercayaan yang ada.

Sangat sulit untuk kemudian menerima dan melupakan rasa sakitnya. Apalagi kasus yang terjadi bukan lagi hanya persoalan politik, bahkan sudah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Siapapun dan kepentingan apapun tentu akan sulit bernegosiasi dengan kemanusiaan.

Dan faktanya lagi, hari ini siapapun yang turun bersuara akan dicap Ikhwanul Muslimin, sekalipun mereka membawa bendera yang berbeda, berasal dari barisan yang ikut meruntuhkan IM, punya tuntutan dan kepentingan yang berbeda dari IM.

Barangkali untuk saat ini realitanya masing-masing terpaksa bergerak sendirian. Setidaknya masing-masing bisa memperlihatkan sejauh mana komitmen dan kesungguhan tiap-tiap kekuatan menghadapi kudeta militer dan tidak terkesan saling memanfaatkan tatkala 'kepepet". Sampai suatu saat kekuatan-kekuatan ini akan bertemu pada satu titik, saling memahami, menerima dan bersatu membangun kekuatan baru. Semoga 


Menara Peradaban, Sinai Mesir.. menuju puncak musim dingin, 12 Desember 2013