Kemajuan arus globalisasi di satu sisi mendatangkan efek positif
bagi perkembangan intelektual dan teknologi yang memudahkan manusia dalam
banyak hal. Namun di sisi lain arus ini menjadi ancaman yang besar terkikisnya
identitas dan integritas moral bangsa. Kecanggihan teknologi hari ini
memudahkan akses informasi bagi siapa saja, tanpa ada sekat-sekat yang
membatasi. Hal ini menjadi sarana pendukung bagi dunia barat untuk melancarkan
perang pemikiran dan budaya bagi dunia timur, khususnya umat Islam.Dengan
berbagai tayangan dan informasi kaum remaja diperkenalkan dengan trend-trend
baru ala Eropa yang akhirnya mengikis nilai-nilai ketimuran yang sarat dengan
norma. Untuk perkembangan selanjutnya serangan pemikiran ini berefek kepada
kehidupan sosial masyarakat. Sehingga hari ini kita menemukan begitu
kompleksnya permasalahkan yang terjadi di tengah masyarakat, terutama krisis
moral dan integritas.
Pada waktu bersamaan tak bisa kita pungkiri bahwa perlahan
orang-orang mulai menyadari pentingnya kembali kepada Islam dengan berbagai
identitasnya. Hari ini Islam kembali menjadi tren baru kehidupan manusia yang
mulai bosan dengan doktrin-doktrin kapitalis dan sekuler yang disebarkan oleh
para misionaris ke berbagai penjuru dunia dalam berbagai bentuk. Kita
menyaksikan orang berbondong-bondong membangun trend dengan merk “islami”. Walaupun
dalam prakteknya masih banyak ruh keislaman yang dilewatkan, bahkan justru
bertentangan dengan nilai-nilai asasi yang diinginkan Islam. Trend ini justru
dimanfaatkan oleh kalangan tertentu utuk menciptakan nuansa abu-abu dalam
beragama. Tapi setidaknya kondisi ini sudah lebih baik dan mulai positif bagi
perkembangan dakwah. Artinya Islam mulai diterima oleh banyak kalangan
masyarakat dan perjuangan-perjuangan dakwah sudah mulai menampakkan hasil yang
positif.
Untuk selanjutnya adalah bagaimana mengawal trend “islami” ini agar
tetap bertahan berada dalam koridor yang tepat dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Islami itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa penjajahan
“westernisasi” masih akan terus berlangsung dan mengancam. Masyarakat mau tidak
mau dipaksa memakan “suguhan” racun budaya dan pemikiran lewat berbagai media
informasi dan teknologi yang semuanya sarat denagan berbagai misi khusus.
Sementara pada sisi lain moral dan kepekaan manusia sengaja dialihkan dan
dipangkas sehingga lahirlah generasi-generasi yang mengekor kepada barat.
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ
وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى
اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي
جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu. QS. 2 : 120
Di sini peran dakwah sangat diperlukan guna mencounter
pengaruh-pengaruh yang terjadi di kehidupan sosial. Dakwah juga dituntut hadir
dalam berbagai lini kehidupan manusia untuk menghadapi perang pemikiran yang
terjadi di tengang-tengah masyarakat. Sehingga dengan demikian perlu ada
orang-orang siap sedia menjadi agen-agen yang senantiasa menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dengan demikian kekhawatiran-kekhawairan
yang muncul akibat perubahan kehidupan soaial bisa diatasi.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Qs.3:104