Ranah

Ratok taragak dari rantau

Laba-laba

Together, everywhere, forever..

Be happy

Ceria mengejar impian.. tetap optimis walau jalan masih berdebu

Revolution

Menyaksikan sisa-sisa Revolusi Mesir di Tahrir Square

BBM club

Belajar,Berbagi, Mumtaz | Korean view - International Park

Sejarah kita tak bisa lepas dari orang, bangunan, dan tradisi. Di dalamnya kita temukan nilai-nilai, pola hubungan, budaya, dan juga peradaban. Pada ketiganya kita menyandarkan sebagian besar proses bertumbuh dalam hidup. Sebab hidup, adalah soal bercermin dari masa lalu dan masa sekarang, untuk masa depan. Oleh karena itu, Al Qur'an menyuruh kita berjalan, agar mata lebih terbuka, agar kita mau berpikir, mengambil pelajaran, dan mengerti. Maka, "Lihat Bangunan, Orang, dan Tradisi Negeri lain" #tarbawi 295

Kamis, 12 Desember 2013

Mesirku, antara Idealisme dan Realita

Berfikir idealis memang perlu, namun ternyata tak selamanya idealisme mampu menjawab semua permasalahan yang ada. Karena realitas bisa saja lebih rumit dari idealisme yang kita yakini, bisa juga sangat sederhana, tak serumit teori yang kita fahami. Maka mereka yang bekerja di lapangan jauh lebih memahami persoalan yang dihadapi daripada orang-orang yang hanya duduk mengamati dan mengkaji.

Barangkali apa yang terjadi di Mesir saat ini adalah pembelajaran tentang bagaimana mencari titik temu antara idealisme dengan realita. Setelah kedok propaganda militer untuk menguasai Mesir terbuka, semua koalisi yang tadinya ikut bergabung menggulingkan Ikhwanul Muslimin terperangah dan terbelalak, terbangun dari mimpi, sadar bahwa mereka telah ditipu dan diperalat.

Akhirnya satu persatu mulai membangun keberanian untuk turun melawan, sebutlah tokoh-tokoh An-Nur dengan berbagai pernyataan sikapnya, gerakan Tamarrud yang tadinya dielu-elukan mulai sakit hati setelah dikhianati, gerakan 6 April yang merasa paling nasionalis dan merasa mendapat dukungan dari miluter, terpaksa menelan pil pahit setelah pimpinannya ditangkap.

Sekarang muncul pertanyaan, kenapa mereka yang sudah siap melawan itu tidak bersatu saja menggelar demo? Kenapa massa pendukung IM memilih bergerak sendiri dengan mengusung simbol Rab'iahnya, sementara gerakan gerakan lain memilih bergerak sendiri bersama kelompoknya. Bukankah persatuan akan menimbulkan kekuatan..

Semua itu benar, namun ada sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri. Dimana terjadinya sebuah pengkhianatan bersama yang mengakibatkan massa Islamis (kecuali beberapa oknum salafi) terpaksa berjalan sendiri. Walau bagaimanapun pengkhianatan adalah sebuah hal yang sangat menyakitkan, dan inilah sumber bencana. Pengkhianatan telah menghancurkan nilai-nilai kepercayaan yang ada.

Sangat sulit untuk kemudian menerima dan melupakan rasa sakitnya. Apalagi kasus yang terjadi bukan lagi hanya persoalan politik, bahkan sudah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Siapapun dan kepentingan apapun tentu akan sulit bernegosiasi dengan kemanusiaan.

Dan faktanya lagi, hari ini siapapun yang turun bersuara akan dicap Ikhwanul Muslimin, sekalipun mereka membawa bendera yang berbeda, berasal dari barisan yang ikut meruntuhkan IM, punya tuntutan dan kepentingan yang berbeda dari IM.

Barangkali untuk saat ini realitanya masing-masing terpaksa bergerak sendirian. Setidaknya masing-masing bisa memperlihatkan sejauh mana komitmen dan kesungguhan tiap-tiap kekuatan menghadapi kudeta militer dan tidak terkesan saling memanfaatkan tatkala 'kepepet". Sampai suatu saat kekuatan-kekuatan ini akan bertemu pada satu titik, saling memahami, menerima dan bersatu membangun kekuatan baru. Semoga 


Menara Peradaban, Sinai Mesir.. menuju puncak musim dingin, 12 Desember 2013

Selasa, 24 September 2013

Catatan Kekejaman Polisi Mesir terhadap Keluarga Petinggi Ikhwanul Muslimin

Sejak diberlakukannya kudeta militer 3 Juli lalu terhadap Presiden Mesir terpilih, Dr. Muhammad Mursi  menyusul pembubaran paksa demonstrasi anti kudeta di Rab’ah dan Nahdah, pemerintah kudeta mulai gencar melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh anti kudeta karena dinilai berbahaya bagi negara. Beberapa petinggi Ikhwanul Muslimin telah dijebloskan ke penjara termasuk Mursyid ‘Am Dr. Muhammad Badi’. Sementara petinggi-petinggi lain masih dalam proses pengejaran.

Polisi Mesir melakukan penggerebekan terhadap rumah salah satu petinggi Ikhwan di wilayah Giza, Muhammad Syadzali. Namun karena tidak menemukan tokoh yang dicari akhirnya polisi menyeret istri, anak dan tiga tetangganya ke kantor polisi Zyekh Zayad, Giza. Tak kurang, mereka dipukuli olrh polisi.

Aparat keamanan melakukan penggerebekan terhadap rumah Syadzali pukul 2 dini hari, Senin (23/9). Namun mereka tidak menemukan keberadaan Syadzali hingga aparat melakukan pemeriksaan ke beberapa flat yang ada di gedung tersebut. 3 orang tetangga Syadzali ditangkap, ditambah istri Syadzali dan anak perempuannya yang berusia 18 tahun.

Di markas polisi mereka diinterogasi dan diancam agar mau memberitahu dimana keberadaan Syadzali. Namun karena tidak mau memberitahu akhirnya polisi menampar wajah istri petinggi Ikhwan itu. Polisi juga membenturkan kepala putrid Syadzali ke dinding hingga mengalami luka pada telinga. Ini dilakukan untuk menekan agar Syadzali segera menyerahkan diri. Demi mengetahui kondisi keluarganya akhirnya Syadzali mendatangi kantor polisi tersebut pada pukul 4.30 pagi Senin  waktu Kairo.

Meskipun tidak ada surat perintah penangkapan dari kejaksaan, polisi telah menuduh Syadzali terlibat dalam aksi pembakaran kantor polsek Waraq- Giza, tempat Syadzali tinggal sebelumnya. Namuntuduhan tersebut dibantah oleh Syadzali dan keluarganya.

Syadzali terpilih sebagai sekretaris Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP)- sayap politik Ikhwanul Muslimin wilayah Waraq. Sebelumnya ia merupakan caleg FJP pada pemilu Majelis Shaab 2012 lalu. Ia sudah sangat dikenal oleh mesyarakat setempat dengan aktivitas social dan kontribusinya yang besar terhadap penduduk Waraq dan salah satu tokoh terdepan dalam Komite Rakyat yang sempat bahu-membahu bersama rakyat dalam mengatasi kesulitan gas tabung. Syadzali juga terus membangun koordinasi dengan polisi setempat untuk menjaga keamanan masyarakat.


Penangkapan Syadzali bukanlah yang pertama, tapi ia merupakan rangkaian dari episode penangkapan yang dilakukan oleh penguasa kudeta terhadap petinggi Ikhwanul Muslimin, sebagai rangkaian dari agenda kudeta yang telah dimulai sejak 3 Juli lalu. 

Cerita Dari Balik Jeruji

ilustrasi
Oleh: Hasan Ibrahim 

Namanya Ahmad, ayah dari dua orang anak. Dia seorang insinyur dalam bidang teknologi informasi. Kami sering bertemu, walau jarang berdialog. Beberapa kali dia pernah mengirim artikel-artikel tentang teknologi ke email saya. Saya pun tidak tahu apakah dia masih terus mengirim artikel ke email saya, karena saya sendiri sudah sangat lama tidak membuka email. Masjidlah yang setiap hari mempertemukan kami di waktu-waktu shalat. Orangnya ramah dan selalu menjaga shalat berjamaah di masjid. Kebetulan rumahnya persis di samping masjid tempat saya biasa shalat. Menjelang jatuhnya Mubarak, dia termasuk orang sibuk mengkoordinir para pemuda untuk ronda di komplek tempat kami tinggal. 

Setelah peristiwa pembataian missal oleh junta militer terhadap ribuan pendukung presiden pilihan rakyat di Rabeah Al-Adaweyah, munculah gelombang demo besar-besar yang merata di seluruh Mesir. Di antaranya adalah aksi demo damai pada hari Jumat tanggal 16 Agustus 2013 yang di pusatkan di Ramses. Demo kali ini kembali memakan korban jiwa, darah kembali tumpah, dan rumah Allah kembali dinistakan. Masjid Fatah Ramses yang berisi ratusan orang, diantaranya korban luka tembak dan para wanita di kurung selama berjam-jam oleh para preman di bawah pengawalan militer pengkhianat. Selain itu ratusan orang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. 

Lantas apa hubungan antara Ustadz Ahmad dengan peristiwa Ramses tersebut? Saya pun tidak tahu. Yang saya tahu, sejak saat itu saya tidak pernah lagi melihatnya di masjid. Setelah tiga minggu, ketika selesai shalat Maghrib tiba-tiba saya melihat Ustadz Ahmad berada di shaf pertama. Bapak-bapak dan para pemuda yang biasa shalat di masjid mendekat, menyalami, memeluk Ustadz Ahmad. Terlihat mereka sangat bahagia kembali bertemu dengan Ustadz Ahmad. Akhirnya saya bertanya kepada seorang pemuda yang ada di situ, "Ada apa dengan Ustadz Ahmad, kenapa orang ramai mengelilinginya?" 

Ketika itulah saya baru tahu bahwa Ustadz Ahmad telah ditahan oleh pihak keamanan Mesir pada hari terjadinya peristiwa Ramses, walaupun beliau tidak ditangkap di daerah Ramses. 

Selanjutnya beliau di tahan di penjara Thurah. Bagi orang Mesir, penjara Thurah sudah sangat terkenal. Penjara yang terletak di selatan Kairo ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Penjara ini adalah penjara untuk tahanan politik dan pelaku kriminal. Penjara ini di bangun oleh menteri dalam negeri Musthafa Nuhas Basya pada tahun 1928 dengan tujuan untuk meringankan beban penjara Abu Za`bal lama yang sudah sangat penuh. Beberapa tokoh Islam pernah melewati hari-hari mereka di dalam penjara ini, di antaranya Syeikh Abdul Hamid Kisyk, Mohandis Khairat Syathir, Syekh Yusuf al Qardhawy, dan tokoh-tokoh Ikhwan Muslimin lainnya. Sekarang ini, wilayah Thurah telah meliputi tujuh penjara (wooww). 

Apa saja yang dialami Ustadz Ahmad selama berada di dalam penjara? Ikuti terus kisahnya!

Alhamdulillah, beliau tidak pernah mendapatkan siksaan fisik, hanya kata-kata kasar dan cacian yang sering beliau terima di hari-hari pertama. Beliau dimasukkan ke dalam sel yang berukuran lebih kurang 15 m x 15 m, yang dihuni oleh delapan puluh orang. Di setiap sel diselipkan beberapa orang terpidana kasus-kasus kriminal, seperti kasus pembunuhan, perampokan, dan pencurian. Mereka bukanlah orang yang baru hari itu masuk penjara.

Selanjutnya Ustad Ahmad menceritakan bahwa orang-orang yang ditangkap bersama beliau pada hari itu berasal dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan yang beragam. Di antara mereka ada yang sudah bergelar doktor, magister, insinyur. Ada yang bekerja sebagai guru, karyawan di perusahaan minyak, karyawan di perusahaan telekomunikasi, dan lain-lain. Secara umum, mereka adalah orang yang mengenyam pendidikan secara baik. Mereka inilah yang pada akhirnya membuat pemandangan baru di dalam penjara. Mereka selalu shalat berjamaah, membaca Al-Quran, berdoa, berzikir, qiyamullail, puasa senin kamis, bersih-bersih sel, dan bersih-bersih kamar mandi. 

Melihat hal ini, para penjahat kriminal mulai tersentuh dan tersadarkan. Mereka yang selama ini tidak mengenal shalat dan tidak tahu cara berwudhu' mulai belajar kepada penghuni baru penjara. Mereka pun mulai rajin shalat, bahkan shalat tahajjud. Setiap hari selalu ada pelajaran yang disampai oleh mereka secara bergantian. Mereka adalah da'i hakiki yang selalu menebar kebaikan di mana pun mereka berada. Apakah orang-orang seperti ini yang disebut teroris, yang harus diperangi, dipenjara, bahkan dibunuh? 

Sebenarnya yang haq dan yang bathil itu sudah begitu nyata dihadapan kita, hanya mata hati dan nurani kita saja yang telah buta. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman: 

فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Artinya: "Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada." [QS. Al-Hajj: 46].

Ketika para keluarga tahanan kasus kriminal datang menjenguk saudaranya, mereka kaget dan bersyukur dengan perubahan yang terjadi pada diri anggota keluarga mereka. Bahkan di antara tahanan kasus kriminal ada yang minta kepada keluarganya agar dibawakan Al-Quran agar ia bisa mengisi lebih banyak waktunya dengan Al-Quran. 

Sepertinya penjara itu tidak mampu memasung ambisi para dai, tidak mampu memadamkan semangat mereka, tidak mampu menyurutkan langkah mereka, dan tidak mampu menyiutkan nyali mereka. Benarlah ungkapan sebuah syair yang artinya:

"Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau merdeka di balik tembok-tembok itu.

Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau merdeka di dalam ikatan belenggu itu".

Orang-orang yang biasa memakmurkan masjid telah membuktikan bahwa mereka juga mampu menghidupkan dan memakmurkan penjara. Dan insyaAllah, orang-orang seperti merekalah yang juga akan membangun dan memakmurkan negeri ini. Negeri para nabi ini sangat tidak layak diurus oleh para pengkhianat, pembunuh, dan perampok.

Saya sempat bertanya kepada Ustadz Ahmad tentang teman-teman beliau yang dipenjara di sel yang sama, apakah mereka sudah dibebaskan seperti Ustadz Ahmad. Beliau menjawab bahwa sebagian mereka sudah dibebaskan, tetapi ada lagi orang-orang yang baru ditangkap dan dijebloskan ke dalam sel itu karena menentang kudeta.

Saat ini pemerintah kudeta akan membangun tiga penjara baru, dan suatu saat nanti insyaAllah mereka sendiri yang akan mengisi sel-sel penjara itu tutur Ustadz Ahmad mengakhiri dialog kami.

*Dari tulisan ust. Zulfi Akmal

Kamis, 13 Juni 2013

Balada Surau Tua

Surau Tua
bangunan tua itu membuat hati miris
nasibnya kian hari makin tak terurus.
halamannya yang dulu asri kini penuh semak berduri
atap yang dulu cerah mengkilat kini sudah hitam berkarat
tiangnya yang kokoh kini telah keropos
tak ada lagi yang tahu mana jalan menuju surau itu
ia sudah lama ditinggalkan
ditinggalkan bukan hanya karena tak layak pakai
tapi karena tak ada lagi yang mau memakai

Surau Tua...
kini kian sepi ditengah keramaian
tak ada lagi suara riuh anak anak mengaji alif ba-ta atau Al-Quran
tak terdengar lagi suara batuk 'Buya' ketika mengajar anak anak atau mengimami Shalat
tak ada lagi suara serak Pak Bilal tua mengumandangkan azan
tak ada lagi suara 'tabuah' yang dipukul tiap Shubuh, Maghrib dan Isya
Tak ada lagi keciprak air pancuran ketika orang berwudhu

Surau Tua
terletak dipinggr kampung dan kini kian terpinggirkan

Surau Tua...
kini kian lapuk dimakan usia
pernah kubertanya ada apan dengan suaru tua itu...
mereka bilang tak ada imam
kutanya pada imam
dia bilang ak ada ma'mum
kutanya pada ma'mum
mereka berkata, kami tak mendegar panggilan azan
kubertanya ke mana Pak Bilal
kata mereka bilal sudah lama meninggal
kubertanya lagi...
kenapa tak ada yang mau menggantikan bilal?
kata mereka, lafaz azan tak satupun yang hafal
kalau pun ada, tapi tak lancar
kuteruskan bertanya
kenapa tak ada yang belajar?
mereka bilang kami tak punya guru
kubertanya pada guru
jawab guru, tak ada murid yang mau diajar
kutanyakan pada murid kenapa tak mau diajar
mereka bilang, uang iuran mahal
kata yang lain pak guru sangar
pak guru bilang murid-muridnya nakal
tapi murid membantah pak guru tak pandai mengajar
dan aku bertanya lagi
apakah surau itu akan dibiarkan tertinggal?
dan rela kampung ini mendapat bala hingga semua akan menyesal?
hening...
tak satupun yang menjawab
dengan serempak mereka menjawab "tidak..."
kalau begitu siapa yang bersedia 'menghidupkan' surau itu lagi?
semua bungkam dan saling tatap satu sama lain
lama, tak ada jawaban
hingga seorang pemuda maju dengan malu malu
"saya bersedia...", katanya
semua mata tertuju padanya
bisik bisik pun mulai terdengar dari mereka
"Siapa dia?"
"Siapa orang tuanya?"
"Apa sekolahnya?"
"Memangnya dia bisa apa?"
Ada yang bangga, ada yang mencibir, ada yang tak respon apa-apa
Oh ya kawan
ada yang menarik
ada yang berkomentar begini;
"Dia ank siapa?"
"Dimana kampungnya?"
"Apa sukunya?"
"Bolehlah dijadikan menantu..."
hingga si pemuda tersipu-sipu
sementara anak-anak gadis mereka tertunduk malu
dan saling tatap penuh cemburu
hingga kabar tentang pemuda ini
sampai ke telinga sang guru
yang telah lama ditinggal murid-muridnya
sang guru tersenyum bangga bercampur haru
dengan mata berkaca-kaca ia berkata,
"dia dulu adalah murid terbaik saya...
semoga dia lebih baik daripada saya"

Sejak hari itu
Surau Tua tak lagi merana
kala fajar menyingsing,
suara 'tabuah' kembali bergema di pelosok kampung
disambut kumandang suara azan yang mendayu-dayu dibawa semilir angin
terkadang suaranya menghiba
terkadang penuh emosi
kokok ayam jantan pun kini berubah,
kalau biasanya berkokok dengan nada emosi
karena sang tuan masih mendengkur
kini bervariasi, sesuai suasana hati
jangan tertawa kawan...
tapi beginilah nuansa semarknya kampung

azan selesai, satu dua orang mulai berdatngan ke Surau Tua
ada Kakek Ini, Nenek Itu, Amai Itu, Inyiak Ini
mereka berjuang dengan langkah terseok-seok dan nafas yang sesak
melawan dinginnya udara pagi
terkadang ditemani cucu mereka yang masih kecil
berjalan dengan sempoyongan melawan rasa kantuk
pagi itu kampung kembali semarak...

saat petang datang menyambut malam
anak anak mulai ramai berdatangan
riuh rendah suara teriakan mereka
menjadi salah satu musik alam yang indah
ceria wajah mereka
canda dan teriakan mereka
sembari berlari-lari di sekitar pekarangan Surau Tua mennunggu azan magrib
mejadi pemandangan yang menarik
terkadang membuat gusar orang yang melihat
karena ulah mereka mengganggu teman-temannya
dari jendela Surau Tua,
sang pemuda tadi mengawasi anak anak
dengan senyum wibawa menghiasi bibirnya

'tabuah' bergema
disambut alunan merdu suara azan
melalui corong Toa yang baru saja dipinjam dari balai kelurahan
anak anak berebutan memasuki Surau Tua itu
bapak -bapak, Ibu-ibu dan beberapa remaja serta pemuda
berdatangan ke Surau Tua itu
ada juga para gadis belia
dengan berbagai tingkahnya
datang walau ada yang tak ikut Shalat
tapi hanya karena ingin melihat 'ustadz baru' yang tampan
lalu membuat gaduh di pojokan
ketika adik-adik mereka mengaji
lalu tersenyum senyum centil
dan cengengesan ketika merasa diperhatikan oleh sang ustadz
dengan begitu mereka puas
si ustadz ini akan jadi salah tingkah
karena ia juga merasa ada jamaah yang memperhatikan
ah, ini adalah romansa Surau Tua
cukup indah untuk dikenang
tapi apa yang tersimpan dalam hati masing masing siapa yang tahu

Oh ya kawan,
kalau kita berlama-lama di bagian ini tak kan pernah kunjung selesai
tapi begitulah...
hari hari mulai terasa hidup
Surau Tua itu kini kembali terang benderang
tak lagi sunyi dan angker
pemuda itu masih bertahan

Kawan, cerita Surau Tua tak berakhir di sini
masa berlalu, hari, bulan, dan tahun berganti...
Suatu hari
aku kembali bertanya tentang Surau Tua itu
seorang kawan lama bertutur...
Kawan,
Surau Tua itu sudah lama ditinggalkan
tak ada lagi orang datang untuk beribadah ke sana
bapak-bapak lebih banyak datang ke kedai kopi,
sebagian ibu-ibu suka ngerumpi di tempat arisan
atau sibuk di kantoran
tak lagi terdengar suara 'tabuah'
kumandang azan, dan alunan ayat-ayat suci tiap Jum'at pagi
atau tak ada lagi suara riuh anak anak mengaji
mereka sudah terpaku didepan televisi atau main playstation
atau ada yang sibuk sekolah, les ini, privat itu

Surau Tua itu
kian kian reot
semak semak sudah meninggi
berkejaran dengan alang alang dan pakis liar
tak terdengar lagi pengajian tiap Sabtu malam
tapi sudah berganti dengan suara organ tunggal

tentang sang pemuda...
ia sudah lama meninggalkan kampug itu
tak tahan dengan pedasnya cercaan benci
cemoohan dengki
yang terlontar dari lisan tak bertanggung jawab
ia dikeroyok oleh beberapa orang pemuda
diusir karena difitnah dengan seorang wanita
duhai, kasihan pemuda itu
jadi pemeran Yusuf 'alaihissalam abad modern
hingga kini...
tak seorangpun yang berani maju menggantikan
tak ada lagi yang berjiwa seberani pemuda itu
atau belum punya keberanian
tak peduli, trauma, tak percaya diri

Surau Tua itu...
nasibnya kini kembali merana
tak ada yang mengurus
tak ada yang mengunjungi
konon baru baru ini terjadi sengketa
tentang kepemilikan tanah tempat berdiri Surau Itu
Ah, Surau Tua...
nasibmu
entah sampai kapan...
________________________
::karya selepas makan malam,::

Kairo, suatu malam di musim semi, Senin/8 Maret 2010
22:45 CLT
Harun AR








Selasa, 11 Juni 2013

Alunan Kalam Senja

Sore itu, setelah mendapat restu dari syekh, kami bergegas meninggalkan markaz menembus kepulan asap kendaraan yang berlalu lalang berbaur dengan debu jalanan yang menyesakkan nafas dan mengganggu pandangan sepanjang perjalanan dari Hawamidiyah menuju Kairo.

Tramco terus melaju berpacu dengan gelap malam, mengejar Maghrib di mahattah Munib. Di sela-sela suara berisik musik padang pasir tak karuan si sopir terus berteriak mamanggil penumpang.

"Munib...Munib.. Giza...Munib..."

Merasa tak nyaman dengan suara bising musik itu, seorang penumpang meminta sopir untuk mengecilkan volume audionya. Tanpa banyak protes akhirnya pemuda tanggung itu mengecilkan volume musik dan perlahan suara dendangan arab itu menghilang.

Tramco putih itu terus melaju, tak lama kemudian si sopir menyetel murattal, dari alunan suaranya sudah tak asing lagi, Imam Syaikh Musyari Rasyid dengan kelembutan suaranya yang khas membacakan Surat Ar-Rahman. Semua penumpang terdiam menikmati lafaz lafaz mulia itu. Ada nuansa sejuk yang menggetarkan hati.

Begitulah di negeri ini, hampir semua orang-sekeras apapun wataknya- selagi dia masih muslim akan mudah luluh dengan bacaan Al-Qur'an. Di Negeri ini, bukanlah suatu yang aneh jika ada orang yang membawa msuhaf ke mana-mana, membaca Al-Qur'an di bis, di metro(kereta), di angkutan umum lainnya, ataupun saat menunggu bis di halte. Al-Quran adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari hari-hari mereka. Baik pada hari-hari di bulan Ramadhan ataupun luar Ramadhan, sepertinya tak jauh beda.Bahkan di angkutan umum, alunan suara murattal bukan suatu hal yang asing. Memang tak seluruh sopir yang suka menyetel murattal di kendaraan mereka. Ada juga yang suka musik-musik tak karuan.Tapi tak ada yang berani komplain ketika sudah dihadapkan kepada lafaz-lafaz suci ini.

Ada sebuah pengalaman menarik seorang teman yang membuatku kagum lagi. Suatu ketika kawan ini melakukan perjalanan. Di tramco, ada seorang pemuda menyetel murattal lewat ponselnya, dengan volume yang agak dibesarkan agar semua orang bisa ikut menikmati. Ketika si sopir datang, dia meyetel musik dengan volume yang lumayan kencang, cukup untuk menyaingi suara ponsel tadi, lantas seorang bapak protes pada sopir dan menyuruh si sopir mamatikan musiknya. Sang Sopir tak menerima, dan terjadilah perdebatan sengit. Penumpang lain tak tinggal diam, dan akhirnya membela si bapak dan pemuda yang menyetel murattal tadi. "Dia lebih dahulu menyetel murattal daripada musik anda. Jadi tolong hargai bacaan Al-Qur'an itu..." Akhirnya si sopir terdiam dan kemudian mematikan musiknya, si pemuda pun ikut mematikan alunan murattal di ponselnya.Mungkin untuk menghargai perasan si sopir.Suasana berubah hening. Namun tak lama kemudian si sopir kembali menyetel audio car nya, tapi kali ini tak musik lagi, melainkan murattal.

Subhanallah, ini salah satu bukti ketundukan hati mereka pada Al-Qur'an.

Mengagumkan. Mereka juga sangat kagum dan senang pada siapapun yang hafal Al-Qur'an, apalagi orang asing. Tapi ini bukan berarti mereka tak hafal, malah sebaliknya.Setidaknya rata-rata mereka telah pernah menghafal Al-Qur'an 30 juz. Dan yang menarik lagi, mereka senantiasa berprasangka baik bahwa orang lain juga cinta pada Al-Qur'an. Maka ketika di bis atau dimana saja jika mereka melihat ada yang memasang headset, kalau mereka ingin berkomentar atau bertanya, mereka akan bertanya begini; "bitisma' Qur'an?" (Kamu lagi degarin Al-Qur'an ya?)"

Inilah salah satu potret terindah yang pernah kutemui di negeri Seribu Menara ini. Orang-orang yang cinta dengan bacaan Al-Qur'an, meskipun watak mereka sangat keras dan tempramen. Tapi hati mereka mudah luluh dengan ayat-ayat Tuhan mereka.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."(Qs. Al Anfaal ;2).

Potret ini akan mudah kita saksikan ketika 'berjalan' di negeri Nabi Musa ini. Seperti pengalaman perjalanan pulangku senja ini.

Di negeriku nun jauh di sana... ada ga ya, sopir angkot yang pede nyetel murattal?

Atau orang yang senang membaca Al-Qur'an, yang hatinya segera bergetar tunduk ketikamendengan bacaan Al-Qur'an?

________________________
Sepenggal cerita perjalanan pulang, senja yang menggetarkan hati, mengusik inspirasiku, menggoda naluriku untuk nulis lagi. Semoga bermanfaat untuk kita semua, Allahu a'lam.
>>Hawamdeya-Munib-New Cairo | 8 Oktober 2010

Yang Pertama yang Istimewa

Ada hal menarik yang sering kujumpai di wall fb beberapa hari ini.

Pertama, tiap kali kubuka wall, profil pertama yang muncul dan berada di urutan pertama orangnya tetap itu-itu saja. Selalu dia dari hari ke hari.

Kedua, setiap ku melakukan "posting", share atau update, yang ngasih jempol pertama selalu orangnya sama dan kemudian disusul yang lainnya. ^_^ Makasih buat yang sika ngasih jemPol.
Ketiga, ada yang selalu pertama memberikan respon pada status, foto, atau yang lainnya.
Keempat, ada juga yang pertama kali update dalam hal informasi.

Unik, dan masih bayak lagi "yang pertama" lainnya. Dan kawan barangkali juga pernah merasakan hal serupa.

Well, tak masalah dan tak ada yang salah. Mari kita tinggalkan pembahasan tentang mereka tadi. karena tak terlalu menarik pembahasan tentang orang-orang itu, dan kita tak berhak membahasnya. Lagian saya juga tak berminat "memperkarakan" mereka. Ntar tak ada lagi yang ngasih apresiasi. Biarkan mereka berkembang. .
Tapi ada yang lebih menarik untuk dibicarakan, yaitu istilah "yang pertama" Ada sebuah energi super yang terkandung dalam istilah itu. Hingga pada kenyataan banyak orang berlomba-lomba untuk mencapainya. Dan rata-rata orang memberikan sebuah apresiasi kepada mereka "yang pertama", ya tentunya dalam hal-hal kebaikan.

Mari kita baca biografi para tokoh dunia, khususnya dalam dunia sains (ilmu pengetahuan). Rata-rata mereka adalah para pioneer hingga nama mereka dikenang dan dihargai.

Allah SWT dan Rasul-Nya pun memberikan penghargaan kepada mereka yang pertama dalam melakukan kebaikan. Dalam Al-Qur'an Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (..fastabiqul khairat).
Demikian juga Allah memuliakan para "assaabiquunal awwaluun" -mereka yang pertama masuk islam-, hingga memuliakan mereka dengan syurga.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan gelar "Ash-Shiddiq" kepada Abu Bakar karena dialah sahabat yang pertama kali membenarkan kerasulan beliau.

Artinya ada penghargaan istimewa untuk yang pertama.

Walaupun terkadang sebagian orang-orang yang cinta kepada keburukan, juga memberikan apresiasi kepada mereka yang pertama kali berhasil menimbulkan kemakaran. Tentu saja konteks ini diluar batas "etis" dan bukanlah hal yang diinginkan, melainkan sebuah penyimpangan. Namun pada hakikat tetap ada penghargaan kepda mereka "yang pertama", karena ia memang begitu istimewa.

Sungguh beruntung mereka yang pertama...

Yang pertama mengucapkan sami'na wa atho'na terhadap perintah Allah dan Rasulnya.
Yang pertama menjawab seruan shalat dan ada di shaff pertama dalam shalat.
Yang pertama peka dan peduli dengan kondisi saudara-saudaranya serta memberikan keringanan, dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.
Yang pertama hadir dalam majelis ilmu dan kebaikan.
yang pertama menjalin silaturrahim dan mema'afkan kesalahan saudaranya
Yang pertama bangun malam hari kala orang lain terlelap, lalu bermunajat pada-Nya.
Yang pertama menebar kebaikan hingga diikuti oleh orang-orang sesudahnya, hingga menjadi amal jariyah bagi dirinya.

“Barang siapa yang memberikan contoh dalam Islam, suatu contoh yang baik, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barang siapa yang mencontohkan contoh jelek dalam islam maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka”. (HR. Muslim)

 
Masih banyak peluang "Yang Pertama" lainnya yang memiliki keistimewaan tak ternilai.
So, mari jadi yang pertama. Karena yang pertama memang yang istimewa.

*catatan:Terdapat banyak pengulangan kata "Yang pertama" . Sengaja ditulis begitu agar kata "Yang Pertama" itu berkesan di hati. Semoga menjadi motivasi bagi kita semua. Terutama bagi kami pribadi.
Mohon maaf atas kekhilafan.
Allahu a'lam...

>Kamar atas , Almakki basecamp -Kampung 10- Nashr City-Cairo
Sebuah coretan dadakan
Suatu senja yang gerah 23 Juni 2010
Terimakasih buat sahabat-sahabat yang telah menjadi "Yang pertama" hingga menginspirasi tulisan ini. Semoga kita tetap yang pertama



#Arsip

Andai Hati Sebening Embun

Bismillah...

Selamat datang di hari ini. Semoga hari ini menjadi yang terindah dalam hidupmu. Tentunya bersama kebeningan hati mencari keberkahan dan ridho Sang Pencipta.

Kawan, sesekali cobalah tatap embun pagi. Bening sekali bukan? Namun kebeningan itu mampu memadukan aneka warna sekitar menjadi pesona terindah alam semesta. Beningnya tak ternoda hingga kita juga bisa menatap dengan jernih pemandangan dibelakangnya.

Sesekali, tataplah tetesan embun itu.Tetesan-tetesannya mampu memantulkan kemilau sinar surya pagi, memancarkan aura benderang dan keindahan di hamparan bumi ini. Tetesannya juga mampu memberikan kesejukan di tengah kersangnya dunia ini. Coba tatap lagi dengan penghayatan. Di sana kita akan merasakan agungnya mahakarya Sang Pencipta untuk kita renungi.

Kita. Alangkah indahnya jika kita memiliki hati sebening embun. Dengannya kita akan bisa menatap hidup ini lebih jernih. Hati sebening embun akan menerima kehidupan ini apa adanya namun mampu menjadikannya keindahan yang luar biasa. Seburuk dan serusak apapun bayangan yang diterima akan tetap dijadikan indah untuk ditatap. Inilah ketulusan dan kejernihan.

Hati sebening embun akan mampu memberikan kesejukan meskipun disekitarnya penuh kegersangan. Tak peduli seberapa banyak energi yang ia keluarkan.

Hati sebening embun, akan mampu menatap kehidupan ini dengan jernih, tak peduli sesemrawut apapun masalah yang dihadapi.

Andai kita pemilik hati sebening embun. Semoga





Menanti Fajar Shubuh, Jum'at 23.12.2011 : 05:45--
Istana SINAI Kampung 10 - Kota Kemenangan-

Selasa, 28 Mei 2013

Benci dan Dengki itu Pasti Akan Bungkam

        |@harakie21

Pada akhirnya orang2 yang menebar kebencian itu akan bungkam dan malu sendiri

Lihat aja orang2 Quraisy yang dulu sangat benci pada Rasulullah, petantang-petenteng sana sini menghasut

Akhirnya terdiam juga di depan kebenaran.

Atau seperti orang-orang yahudi? Yang mengenal Rasulullah sebagaimana mengenal anak-anak mereka sendiri. Tapi karena dengki...

Karena dengki kenapa Nabi tidak lahir dari golongan mereka, .. lalu membenci kebenaran yang sekian lama mereka tunggu2

Dan akhirnya orang-orang Yahudi seperti Bani Quraizah itu dibunuh dan ditawan. Yang menyepakati hukuman itu wakil mereka sendiri

Sayup2 kedengaran syair 'Di Hati ini Hanya Tuhan yang Tahu.." :p

makanya kamu jangan sok tahu isi hati orang, jangan sampe lancang mencap dia munafik.

Minggu, 26 Mei 2013

Gerakan Orientalis Dari Masa ke Masa

Ketika mencari defenisi kata orientalisme, kita akan mendapati beberapa penjelasan tentang kata ini. Secara bahasa istilah ini berasal dari kata 'orient' yang berarti 'timur', dan kemudian difahami sebagai orientasi ketimuran. Namun pengertian etimologi ini masih terlalu umum.

Adapun secara epistimologi, orientalisme mengandung beberapa pengertian, antara lain:

1. Suatu lembaga yang melakukan interaksi dengan dunia timur, mengkoordinir kebijakan-kebijakan seputar dunia timur baik dalam kerangka karakter, pembelajaran, stabilitas dan pemerintahannya.

2. Sebagian lain mendefinisikannya sebagai suatu metode barat untuk memahami dunia timur dan berupaya menguasainya.

3. Ada juga yang mendefinisikan sebagai ilmu dunia ketimuran. Definisi ini mengandung dua ruang lingkup:
 a. Lingkup umum: Upaya bangsa barat untuk menguasai seluruh aspek ilmu ketimuran, baik aspek bahasa, sastra, peradaban dan agama.
 b. Lingkup khusus: Upaya bangsa barat mempelajari seluk beluk dunia Islam, baik dari sisi kebahasaan, sejarah maupun akidah.

4. Sementara itu ada juga yag mendefinisikan sebagai penggabungan metode kajian ketimuran dengan kekuatan-kekuatan rohani yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Dari keberagaman definisi ini, para pakar juga berbeda dalam memberikan batasan siapa yang disebut orientalis.

Ada yang memahami orientalis adalah para profesor dan pakar akademis yang fokus mengkaji Bahasa Arab, peradaban dan seluk beluk dunia Arab serta agama Islam.

Ada juga yang mendefinisikan orientalis sebagai suatu kelompok orang yang fokus dalam bidang kajian ketimuran, baik dalam bidang keilmuwan, seni budaya, sastra, agama dan sejarah.

Sementara itu ada juga yang mengartikan orientalis sebagai penulis barat yang menulis tentang pemikiran dan peradaban Islam.

Namun secara umum ranah kajian orientalis ini tak lepas dari hubungan dunia timur dan barat. Apakah dalam lingkup umum yang lebih luas seluk beluk ketimuran, maupun cakupan lebih khusus yaitu isu keislaman dan sekaligus sebagai jembatan bagi dunia barat menguasai timur.

Kapan Munculnya Gerakan Orientalis?

Terdapat banyak perbedaan versi yang menjelaskan kapan gerakan ini muncul dan berkembang.

-Ada yang mengatakan bahwa orientalisme tumbuh dan berkembang pada akhir abad ke tujuh. Hal ini didasarkan pada perkembangan literatur Kristen tentang Islam pada abad itu.

-Pendapat lain mengatakan gerakan ini muncul pada abad ke sepuluh, ketika seorang pelajar barat, Gerbert belajar ke Cordova, Andalusia yang kemudian kembali ke negerinya dan menjadi pendeta bernama Silvester II.

-Pendapat yang menyatakan bahwa gerakan ini muncul pada abad ke-12, ditadai dengan lahirnya karya orientalis pertama tentang Terjemahan makna Al Qur'an dan munculnya kamus pertama Arab-Latin.

-ada juga yang mengatakan bahwa orientalis muncul setelah Perang Salib, karena perang ini merupakan akhir perang agama menggunakan senjata. Dari perang ini gereja mulai merubah taktik mereka untuk menguasai dunia Islam. Mereka sudah tidak mungkin lagi menang melawan tentara Islam.

-Selain itu ada juga yang berpendapat munculnya gerakan orientalis pada abad 18, ditandai dengan masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir danbeberapa negara timur.

Perjalanan Orientalisme dari Masa ke Masa

Jika kita runut perkembangan gerakan orientalisme sesuai periodenya, maka bisa kita bagi ke dalam beberapa fase:

-Fase Keemasan Islam

Ini merupakan fase kecemerlangan peradaban Islam dengan kemajuan dinasti Andalusia. Pada masa ini ilmu pengetahuan begitu maju dan berkembang. Sementara di sisi lain bangsa barat sedang mengalami zaman kegelapan. Kemajuan Islam membuat mereka akhirnya tertarik untuk belajar dari umat Islam. Mereka terus mempelajari faktor-faktor kebangkitan Islam dan kesuksesan mereka mendapatkan kejayaan tersebut.

-Fase Pasca Perang Salib

Ini merupakan fase penting perkembangan orientalisme. Perang ini merupakan titik tolak dunia barat dalam merubah strategi mereka menguasai timur khususnya dunia Islam. Mereka begitu gigih mempelajari dan mengkaji seluruh warisan literatur umat Islam.

Di antara pencapaian pada priode ini adalah:

 a. Prioritas mengumpulkan seluruh warisan pengetahuan islam dan memindahkannya ke Eropa.

 b. Menjadikan literatur-literatur berbahasa Arab sebagai referensi otentik di setiap universitas di barat.

 c. Membangun sekolah dan institut bahasa Arab di negara-negara Eropa

 d. Meningkatkan motivasi gerakan menerjemah

 e. Mengarahkan aktivitas menerjemah ke dalam bahasa latin.

 f. Melaksanakan seminar-seminar dan konferensi, baik tingkat nasional, kawasan maupun internasional. 

-Fase Gerakan Terorganisir

Ini merupakan masa dimana aktivitas orientalis mulai terorganisir,berkoordinasi dengan penjajahan barat yang ingin menguasai timur. Ini merupakan fase terpenting gerakan orientalisme dimana mereka mulai merubah peta rencana terhadap dunia timur.

Aktivitas gerakan orientalis pada masa ini meliputi: Penerbitan majalah dalam berbagai bahasa, menguasai sebagian besar manuskrip-manuskrip peninggalan Islam, meningkatkan dukungan materil, melaksanakan seminar regional maupun internasional, menggiatkan gerakan menulis dan kemudian menyebarkan tulisan-tulisan mereka ke negara jajahan, menguatkan hubungan orientalis dengan kementrian luar negeri, pengiasa kolonial dan kedutaan, dan lain-lain.

-Fase Pasca Perang Dunia II

Masa ini merupakan kelanjutan fase sebelumnya, dimana gerakan orientalis mengalami kemajuan dalam segi materil hingga memungkinkan mereka memperluas aktifitas. Perkembangan ini terus berlanjut hingga beralih ke wilayah politik dan menjadi perpanjangan tangan kepentingan barat. Sejak itu gerakan ini tidak lagi seperti sebelumnya, namun sudah cenderung sekuler. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mulai disusupi gerakan zionis dan dimanfaatkan untuk mendukung program zionis.

Faktor Munculnya Gerakan Orientalis

Secara singkat gerakan orientalis muncul disebabkan beberapa faktor, antara lain:

 -Faktor agama, ini merupakan faktor asasi.

 -Faktor kolonialisme, sebagaimana perkembangannya aktivitas orientalis mendapat dukungan penuh dari penjajah agar bisa bekerja untuk kepentingan penjajah itu sendiri.

 -Faktor politik

 -Faktor ekonomi

 -Faktor keilmuan

 _________________________________________________





Note mata kuliah Orientalis dan Missionaris | Fak. Ushuluddin
Diambil dari diktat tulisan Dr. Misbah Manshur | Dosen Fak. Ushuluddin, Al Azhar University
 

Jumat, 24 Mei 2013

Musafir dan Gurun Tandus

Tersebutlah seorang musafir yang telah menempuh perjalanan jauh, ia pun lelah dan berhenti di sebuah negeri. Syahdan di negeri itu memiliki adat istiadat yang unik, setiap raja yang lengser dari jabatannya akan diasingkan ke gurun yang tandus, terpencil lagi berbahaya. Sesiapa yang masuk ke gurun itu tidak luput dari serangan hewan-hewan buas, mustahil kembali dengan selamat.

Saat memasuki negeri itu dia menemukan penduduknya sedang berembug mencari siapa yang mau diangkat sebagai raja. Berbeda dari negeri-negeri lain yang dia ketahui, orang berebut menginginkan jabatan tersebut. Alasannya karena kebiasaan tadi.

Sang musafir tadi pun mengajukan dirinya sebagai raja. Orang-orang di sana tercengang tak percaya. Pasalnya ini pertama kali orang yang sukarela mengajukan diri. Apakah dia tidak sadar apa nasib akhirnya? Namun dengan senang hati penduduk menerima dan mengangkatnya sebagai raja dengan masa yang telah ditentukan. 10 tahun.

Tapi kawan, musafir kita ini ternyata cerdas. Di samping menjalankan amanahnya sebagai raja, dia membuat gebrakan baru yang tidak pernah terfikirkan oleh raja-raja sebelumnya.

Apa yang dia lakukan? Nanti akan kuceritakan. :)

Sang raja ini memerintah dengan baik dan adil. Tahun pertama, kedua, ketiga hingga ke delapan berjalan dengan baik. Tahun ke sembilan ternyata kerinduannya untuk mengakhiri jabatannya mulai terasa. Hingga tahun ke sepuluh, rindunya tak tertahankan. Orang hanya tercengang-cengan ada apa dengan sang raja ini. Karena biasanya setiap raja yang akan mengakhiri masa jabatannya dihantui kecemasan dan gelisah yang mendalam. Terbayang nasibnya setelah itu.

Tapi yang satu ini tidak. Justru dia menceritakan setelah ini akan merasakan kesenangan dan kebehagiaan yang luar biasa, melebihi apa yang dirasakan para pengantin baru. Hingga sampai pada hari yang ditentukan, dia bersiap dibawa ke daerah pembuangan. Dia berangkat dengan girang. Hata sesampainya di pembuangan alahkah tercengangnya para pengawal yang mengantar. Mereka mendapati tempat itu adalah sebuah kota yang rapi, dipenuhi taman-taman dengan aneka tumbuhan, telaga yang menyejukkan dan istana yang sangat megah. ada apa ini? Kenapa tanah ini sudah menjadi kota yang indah?

Sang musafir menjawab, "Saya tahu akan datang ke tempat ini, maka saya mempersiapkan jauh-jauh hari."  Terbukalah apa yang selama ini dilakukan sang musafir ini. Di tahun pertama dan ke dua dia mengumpulkan harta yang banyak. Tahun ke tiga dia menugaskan orang membuat jalan ke padang pasir bakal tempat pembuangannya. Tahun ke empat dia membersihkan tempat itu dari hewan-hewan buas lagi berbisa. Tahun berikutnya dia memerintahkan untuk mengairi padang pasir tersebut dan menanaminya dengan beraneka tumbuhan. Hingga tahun ke delapan dia telah menyulapnya menjadi kota yang indah berikut taman-taman dan istananya yang megah. Sampai disini cerita itu.

Inilah sekelumit gambaran cerita kehidupan manusia yang diberikan kesempatan untuk berbenah diri di dunia, namun hanya sedikit yang insaf bahwa kematian akan menjemputnya. Namun di antara yang insaf pun hanya sedikit yang benar-benar mempersiapkan 'masa depannya' ini.

Kita hanyalah musafir yang singgah ke negeri bernama dunia. Tapi ini bukan negeri kita, bukan tujuan kita. Kita singgah sejenak hanya untuk mencari bekal sebanyaknya hingga batas waktu yang ditentukan. Namun pada saat yang sama kita harus mengemban peran sebagai 'khalifah' di muka bumi. Inilah dua peran yang mau tak mau harus kita jalani. Mengambil bagian dunia ini dalam rangka berbekal untuk negeri akhirat. Jika sang musafir tadi harus jadi raja agar bisa membangun istana dan kota taman yang indah di padang pasir, kita menjadi apa?

------
Cuplikan khutbah Jum'at Dr. Abdurrahman Al Barr, ulama senior Al Azhar- Dekan Fak. Ushuluddin. | Masjid As-Salam, H-10, Nasr City, 24 Mei 2013
-juga disadur dari tulisan Usz. Zulfi Akmal, MA.

Selasa, 14 Mei 2013

Cinta itu memahami...

Edisi Curhat | Ini adalah sepotong memoarku dengan sahabat-sahabat terbaik yang pernah kutemui, bahkan kami sudah bagai saudara. Akur.

Kami resmi ketemu tanggal 17 Juli 2004 -kalau ngga salah- di sebuah kampus semi pesantren. Kata orang itu adalah kampus terkenal dan bergengsi. Katanya. Walaupun kenyataannya iya, hehe.

Sejak itu kami mulai saling mengenal dan diwajibkan saling kenal, karena aturan asrama kami memang begitu. Yang tidak mengenal teman-temannya bersiap "dimuhasabah" oleh senior.

Mulanya memang agak canggung, karena cukup banyak perbedaan di antara kami. Latar belakang sekolah, kapasitas akademis, kampung, karakter, dan lain lain. Hal yang paling mencolok pertama kali ketika itu adalah pertemanan. Ini lumrah. Di awal-awal masih ada kecendrungan untuk eksklusif. Biasanya hanya berkumpul dengan teman-teman satu almamater; satu Tsanawiyah (SMP), pesantren, satu kampung, kerabat, dll. Kemudian ini berlanjut pada kesamaan hobi dan karakter. Jadi muncul setelah itu anak-anak basket, anak-anak masjid atau apalah. Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kapasitas akademis. Yang berasal dari Tsanawiyah maeraca canggung melihat kemampuan berbahasa Arab teman-teman yang pernah di pesantren. Begitulah seterusnya sampai para senior cukup giat "memuhasabah" kami.

Perbedaan karakter adalah hal yang paling berkesan dan unik bagi kami sehingga menarik untuk dikomentari.Walhasil jadilah kami komentator-komentator ulung yang mengomentari satu sama lain. Orang-orang yang melihat sering merasa jengah bahkan emosi. Bukan karena dikomentari, tapi karena melihat 'nasib' mereka yang dikomentari. Tapi bingungnya, yang dikomentari justru malah makin sering mencari kesempatan untuk dikomentari, apalagi kesempatan untuk membalas.

Kebiasan ini cukup berpotensi mengundang konflik termasuk bagi saya. Konon katanya sih karena alasan harga diri. Apalagi ketika itu saya termasuk pemilik kecendrungan (baca: idealis) berbeda. Tidak suka diusik dan mengusik serta tidak pintar membalas :). Hingga suatu hari luapan konflik batin saya tak terbendung. Jangan salah, dulu saya pernah bilang begini kepada teman saya itu, "sekali lagi kau mengatakan 'itu', kubunuh kau!" (garang.com). Bahkan ada teman saya yang lain menulis sebuah surat untuk melampiaskan frustasinya, kami kompak menganggap itu adalah 'Surat Wasiat', (haha).

Akhirnya saya curhat kepada senior karena sudah tidak betah dengan suasana seperti ini. Senior saya ini memberikan banyak pencerahan. Inti dari semua wejangannya adalah menyarankan saya agar bisa memahami dan pandai menyikapi kondisi. Ibaratkan masalah itu adalah sebaskom air garam yang sangat asin jika dicicipi. Namun jika dilemparkan ke telaga ia tak akan berasa apa-apa. Terimalah masalah tu dengan hati seluas telaga.

Selain itu kita perlu mengenal karakter masing-masing orang sekitar. Harus bisa menyesuaikan diri dengan karakter mereka. Bukan berarti terkontaminasi, tapi pintar mencari posisi nyaman. Biarin aja mereka menjadikan kita sasaran empuk, karena mungkin kita sangat berkesan bagi mereka. Ntar juga bakal bosan sendiri.

Menuntut orang lain memahami kita adalah mustahil, justru akan menjadikan kita benda asing yang akan selalu berbenturan kondisi sekitar. Hasilnya kita sendiri akan babak belur. Tapi berikan ruang yang tepat untuk mereka agar tidak selalu berbenturan dengan kita.

Biasanya seseorang akan bersikap sesuai tipologi yang dia suka. Orang yang senang bercanda tentu tidak akan nyambung jika ditanggapi serius. Justru hasinya akan anarkis. Ya, anarkis. Tapi ini tidak berlaku untuk tipe tempramen. Jika sama-sama tempramen dipertemukan hasilnya adalah pertumpahan darah. Nah, lho..

Nyatanya benar. Dengan memahami ternyata akan menyelamatkan kita dari ancaman 'tidak nyaman'. Beginilah pergaulan menuntut kita.  Ini juga yang menjadi alasan saya nyaman bersama sahabat-sahabat ini. Bahkan membuat kerinduan kami selalu terpupuk, meski selalu ketemu tiap hari.

Saya sepakat kalau orang bilang ini cinta. Karena cinta akan tumbuh setelah saling memahami. Cinta itu memahami. Kalaupun ada kemudian hari yang berkata, "cintamu telah membunuhku.." itu adalah insiden. :D

Salam cinta untuk sahabat-sahabat saya, Generasi Laba2. Inni uhibbukum fillah .. 
 
Kairo, 14 Mei 2013
Mohon maaf jika alurnya kesana-kemari, namanya juga curhat, :)


Minggu, 12 Mei 2013

Kekuatan Moral yang Menggentarkan

Oleh: Harun Al Rasyid
Hari pertama pertempuran Qadisiyah, pasukan Muslim terdesak dan nyaris kalah. Di luar dugaan, kuda-kuda pasukan Muslim kalang-kabut menghadapi pasukan bergajah Persia. Selain itu jumlah musuh yang jauh lebih besar cukup mempengaruhi psikologis tentara Qadisiyah. Selama dua hari pertempuran tentara Persia berhasil mengacaukan barisan Muslim.

Namun pada hari ketiga, 1000 bala tentara dari Syam datang dibawah pimpinan Qa’qa bin Amr At Tamimi. Sebelum sampai di medan Qadisiyah, Qa’qa membagi pasukannya menjadi sepuluh batalion kecil, masing-masing beranggotakan 100 tentara. Kemudian mereka bergerak satu persatu menuju medan pertempuran bergabung dengan tentara Sa’ad bin Abi Waqqash yang sudah bertempur selama dua hari. Pasukan ini terus berdatangan seakan ini tidak ada habisnya hingga nyali musuh pun gentar. Sementara tentara Muslim semakin kuat dengan kedatangan bala bantuan yang tak pernah putus ini.

Beberapa abad setelah kemenangan Qadisiyah realita justru berbalik arah. Umat Islam tak lagi bisa membendung ekspansi besar-besaran bangsa barat. Dengan propaganda media, pemikiran, berbagai tuduhan dan fitnah mereka terus memecah belah dan melemahkan umat ini hingga mereka sibuk dengan wacana yang mereka gulirkan.

Inilah Palestina, setelah jatuh dari pangkuan Islam negeri ini menjadi bulan-bulanan kaum zionis demi melancarkan ambisinya. Setiap hari puluhan rakyat ditangkapi, dibunuh dan dizhalimi. Harta mereka dirampas, perkampungan dihancurkan dan diganti dengan pemukiman-pemukiman Yahudi. Sementara Al Aqsa setiap saat tak luput dari penodaan.

Negara-negara Islam belum mampu berbuat banyak memberikan pembelaan, sehingga zionis begitu leluasa meneruskan ambisinya. Gerakan-gerakan perlawanan Palestina tetap bertahan sekalipun dalam pengepungan dan blokade. Mereka berdiri memikul beban seluruh umat Islam mempertahankan bumi waqaf Palestina dan kemuliaan Al Aqsa.

Sudah saatnya kita menyadari, menyatukan suara dan persepsi bahwa Palestina adalah tanggung jawab bersama. Tugas besar ini tak akan mampu dipikul oleh sekelompok orang, melainkan seluruh pihak ikut terlibat.

Kita perlu membangun solidaritas walau dalam bentuk paling sederhana. Walau hanya sekedar menyisihkan sedikit rezki yang kita miliki, walau hanya menyuarakan dukungan dan simpati. Namun jika dilakukan bersama dan terus-menerus maka batu karang yang keras suatu hari akan terbelah jika terus ditetesi air. Para penjajah itu tentu tidak lebik keras dari batu karang.

Solidaritas yang kita bangun terus menerus merupakan kekuatan moral yang kita berikan kepada bangsa Palestina. bantuan umat Islam tak akan berhenti sampai Al Aqsa dibebaskan. Dengan cara ini kita akan menggoncang kekuatan zionis sebagaimana dulu pasukan Qadisiyah berhasil menggoncang tentara Persia.

| Tulisan ini telah dimuat di rubrik "Sikap", buletin SINAI edisi Interaktif, April 2013

Sabtu, 11 Mei 2013

Klarifikasi demo mahasiswa Al Azhar

Luar biasa kerja media, ibaratkan mayat yang sudah terkubur bisa dibangkitkan lagi kapanpun mereka mau. Saya kira musibah keracunan mahasiswa Universitas Al Azhar yang berbuntut pada beberapa reaksi lapangan sudah selesai, eh ternyata diungkit lagi.

Akhirnya saya tergelitik juga berkomentar.

Beberapa waktu yang lalu saya juga sedikit galau dan ingin tahu apa yang sebetulnya terjadi. Apalagi ini melibatkan nama universitas saya, Al Azhar. Setelah mencermati beberapa wacana di lapangan saya menilai BEM Universitas Al Azhr juga harus "bertanggung jawab atas reaksi tersebut karena mereka punya wewenang mengkoordinir dan mengetahui aktivitas mahasiswa di lapangan. Walaupun belum berhasil menemukan nomor HP presiden BEM, alhamdulillah saya ketemu ketua BEM Fakultas Ushuluddin. Padanya saya ceritakan saja apa yang terlintas dalam kepala dan beberapa wacana yang muncul di ranah publik.

Dia pun memberikan klarifikasi berikut fotokopi Press Release BEM Pusat. Dalam lembaran itu dinyatakan bahwa BEM telah mengikuti perkembangan kasus ini sejak awal, bahkan jauh-jauh hari sebelum meluas. Mereka juga sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang namun belum ada respon dan solusi, sementara kasus terus berkembang cepat dan korban keracunan berjatuhan. Akhirnya mereka mendatangi kantor Grand Syaikh (masyikhah) dan memimta agar kasus ini segera diinvestigasi dan menyampaikan beberapa aspirasi mahasiswa.

Dalam Press Release yang dikeluarkan tanggal 7 April 2013 tersebut dinyatakan beberapa poin pernyataan sikap, antara lain:
1. Memastikan penurunan rektor
2. Terus mengikuti ketetapan-ketetapan dewan tinggi Al Azhar
3. Percepatan proses pemilihan rektor baru agar tidak ada kekosongan dalam jabatan ini
4. Menegaskan sikap/aksi santun di hadapan Grand Syaikh, tanpa menentang lembaga Al Azhar atau keinginan untuk merongrog Grand Syaikh seperti yang dipelintir oleh sebagian pihak
5. Memberikan penghormatan dan bersikap santun terhadap para guru di Al Azhar, hanya saya berbeda pandangan soal pengelolaan.
6. Penghormatan terhadap lembaga Al Azhar, senantiasa bersikap loyal terhadap Al Azhar dan berusaha mempertahankan independensi Al Azhar
7. Berterimakasih kepada Grand Syaikh yang sudah memberikan respon dengan cepat.
Sebagaimana apresiai juga diberikan kepada presiden dan pihak-pihak yang cepat tanggap menangani masalah ini.

Di akhir pertemuan mereka berpesan jika teman-teman wafidin punya kendala dan uneg-uneg berkaitan dengan kemahasiswaan atau isu-isu keazharan, BEM siap membantu.

***
Sebagai pihak ketiga atau orang-orang di luar lapangan kita perlu menemui pihak yang terlibat langsung dan minta klarifikasi agar bisa memahami persoalan dengan jernih. Tapi memang, biasanya penonton terlihat lebih tahu daripada pemain. ^^

Semoga bermanfaat, Allahu a'lam

Carut Marut di Mesir Karena Mayoritas Media masih Pro Mubarak

Pemberitaan mengenai Mesir yang seolah sedang kacau di kebanyakan media akhir-akhir ini menyesatkan masyarakat. Hal ini dikatakan oleh sumber yang dekat dengan kepresidenan Mesir, Jum’at (3/5).

“Kebanyakan pemberitaan tentang ‘kekacaun’ Mesir menyesatkan. Bisa dibayangkan, jika kita berdiri di depan rumah kita sendiri, lalu sekelompok orang datang, kemudian tewas. Justru kitalah yang dituduh-tuduh sebagai pelaku kejahatan oleh media,” kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.

Dia menambahkan bahwa media Mesir pada umumnya dibagi menjadi dua. Pertama, media independen yang dimiliki swasta dan kedua media yang berafiliasi kepada Mubarak yang telah dilengserkan. Media kedua inilah yang mendominasi perusahaan media Mesir.
Menurut sumber itu, dirinya menyaksikan Mubarak memilih sendiri 43 pegawai media yang sampai saat ini masih bekerja di media-media.

Sumber tersebut menambahkan media-media Mesir lebih banyak memberitakan kerusuhan-kerusuhan anti Mursi daripada hal positif yang pemerintah lakukan.

“Mereka sedikit sekali memberitakan hal positif tentang pemerintah Mesir saat ini. Namun apabila terjadi peristiwa demo anti Mursi, di depan istana atau kantor pusat Ikhwanul Muslimin, mereka langsung memberitakannya, seolah ini adalah berita besar. Ketika jatuh korban tewas dari anggota Ikhwanul Muslimin, mereka sama sekali tidak memberitakannya.” katanya.

Terkait dengan protes anti Mursi, sumber tersebut mengungkapkan kerusuhan didalangi oposisi yang merekrut para tunawisma dan yatim yang tidak terlalu mengerti tentang arah kebijakan Mursi.

“Oposisi memanfaatkan mereka untuk ikut dalam aksi demo, dan bahkan saya mendapatkan info, mereka mendapatkan bayaran untuk itu,” yakinnya.

Sumber tersebut mengatakan kerusuhan yang hanya sebagian kecil itu dibesar-besarkan media, sehingga masyarakat dunia menganggap Mesir sedang berada di ‘ujung revolusi’ lagi.

“Mungkin sekitar 10.000 orang yang berdemo ini sangat kecil jika dibandingkan dengan 84 juta warga Mesir yang bukan oposisi dan damai-damai saja,” katanya.

Pernyataan itu didukung oleh Penelitian Pusat Media dan Pembelajaran Opini Publik Mesir yang menemukan bahwa 62% hasil peliputan media mengenai Presiden Mursi itu tidak memiliki standar profesional serta tidak ada landasan objektivitas yang mendasar.

Penelitian menyebutkan, ada sejumlah 176.000 produk pers dan 2.180 jam siaran televisi yang diteliti oleh tim yang ahli dalam pencitraan media. Studi itu mengungkapkan, ada satu pendekatan dominan yang dilakukan media Mesir swasta dalam memberitakan Presiden Mursi, yaitu adanya kebijakan mereka untuk membuat citra negatif presiden melalui saluran TV, situs website dan surat kabar. 

Membaca lagi sejarah Yahudi.

Sampai di sini semakin jelas, kenapa orang Mesir paling benci pada bangsa Yahudi (Bani Israil). Ternyata kebencian ini juga merupakan warisan sejarah masa lalu. Setelah anak cucu nabi Ya'qub -alaihissalam- pindah ke Mesir sesuai ajakan Yusuf-alaihissalam-, mereka pun hidup berdampingan dengan bangsa Mesir dan mendapatkan posisi terhormat karena saudara mereka, Yusuf adalah pejabat penting negeri ini.

Namun sepeninggal Yusuf, mereka mengkhianati rakyat Mesir hingga mereka pun dibenci. Maka terjadilah revolusi yang berhasil menumbangkan rezim dan digantikan oleh orang-orang pribumi. Adapun Bani Israil dijadikan tawanan dan budak. Sejak itu mereka tertindas di Mesir hingga mencapai puncaknya pada zaman Fir'aun.

Kemudian Allah mengutus Musa -alaihissalam- untuk membebaskan mereka dari kezhaliman Fir'aun. Setelah melewati perjuangan yang panjang, Nabi Musa berhasil membawa mereka keluar Mesir dan menenggelamkan Fir'aun.

Tapi apa yang dilakukan oleh Bani Israil setelah itu? Yang pertama mereka lakukan adalah mengkhianati Tuhan yang telah menyelamatkan mereka. Belum kering air di kaki mereka setelah menyeberangi Laut Merah, ketika mereka sampai di perkampungan suatu kaum penyembah berhala mereka berkata kepada Musa. "Wahai Musa, buatkanlah untuk kami Tuhan sebagaimana mereka mempunyai sembahan-sembahan..." Hingga Musa marah besar namun tetap bersabar menghadapi mereka.

Berlalu beberapa waktu dari pengembaraan mereka, Musa meninggalkan mereka untuk sementara waktu dalam rangka menjemput risalah Allah di bukit Thursina. Apa yang mereka lakukan? Tersebutlah Samiri kemudian membuatkan patung anak sapi dari tempahan emas yang kemudian mereka jadikan sembahan. Mereka berkhianat untuk kesekian kalinya. Sedih, marah, kecewa.. itulah yang dirasakan Musa alaihissalam sekembalinya dari Thursina.

Ketika mereka diajak untuk memasuki tanah yang dijanjikan, bereka bukannya menerima ajakan itu, tapi malah mengatakan kepada nabi mereka (Musa, alaihissalam): ".. Pergilah kamu bersama Tuhanmu, adapun kami akan duduk-duduk saja di sini."

Begitulah, sepanjang sejarah bangsa Yahudi dipenuhi dengan pengkhianatan. Dan pengkhianatan yang mereka lakukan langsung, hanya beberapa detik setelah maut nyaris menyambar mereka.

Bersambung..

Sunatullah Kebangkitan

Sebuah Catatan dari Kebangkitan Islam di Mesir

|Oleh: Harun Al Rasyid *

Menjelang naiknya poros gerakan Islam yang dipimpin Ikhwanul Muslimin ke panggung perpolitikan pasca revolusi 25 Januari, Dr. Mohammed Morsi terlebih dahulu dijebloskan ke penjara Mubarak bersama beberapa petinggi IM lainnya karena dianggap sebagai dalang kerusuhan (baca: revolusi). Namun revolusi terus berlanjut hingga Mubarak lengser dan gerakan Islam yang sebelumnya diberengus oleh Sang Diktator muncul ke permukaan. Kekuasaan absolut berakhir sudah digantikan dengan kebebasan.

Angin demokrasi ternyata membawa semangat baru perjuangan gerakan Islam yang ada di Mesir. Ikhwanul Muslimin yang tadinya dicekal habis-habisan muncul bagai arus besar yang tak terbendung. Salafi yang tadinya menutup diri dari arus perpolitikan ikut ambil bagian dalam arena demokrasi ini. Demikian juga dengan Jamaah Islamiyah dan lainnya juga ikut mengisi momentum ini. Semuanya berjuang menyuarakan syariat Islam dan menyelamatkan revolusi Mesir ke pangkuan Islam.

Dalam beberapa kali pemilu kemenangan berada di poros Islam. IM dan Salafy berhasil memperoleh banyak kursi di parlemen. Ini menandakan bahwa kesadaran dan kepercayaan rakyat pada Islam kian membaik. Tapi yang perlu kita catat bahwa sepanjang proses menuju kemenangan-kemenangan itu kekuatan islam seperti IM dan Salafy tak luput dari tekanan lawan-lawan politik mereka. Beberapa kali IM dan tokoh-tokohnya difitnah, diintimidasi secara moral bahkan fisik. Berbagai pencitraan negatif beredar di media-media yang membenci naiknya Islam memimpin Mesir. Sementara Salafy diadu domba dengan kelompok Koptik. Padahal entah siapa yang ada dibalik berbagai isu propokatif itu.

Beberapa jam sebelum terpilihnya Dr. Morsi sebagai presiden, secara sepihak MK membubarkan parlemen yang mayoritas diisi oleh aleg dari poros Islam pemenang pemilu pertama yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Jelas ini adalah pukulan terang-terangan yang bertujuan mendepak kekuatan Islam di parlemen dengan alasan status inkonstitusional. Cukup beralasan, sekiranya lembaga legislatif telah dikuasai oleh Islam dan presiden -ketika itu sudah diprediksi- dimenangkan oleh Morsi (capres dari IM), maka revolusi Mesir akan menjadi kuburan masal bagi kekuatan liberal dan pejabat-pejabat korup era Mubarak. Walaupun ini hanya ketekutan yang berlebihan dari kelompok non-islam. Sehingga beberapa pihak berupaya menggagalkan revolusi.

Setelah Morsi naik sebagai presiden ternyata tekanan itu semakin kuat. Barisan oposisi berupaya membuat suasana clash dan menciptakan opini buruk di ranah publik dengan harapan hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintahan yang ada lalu akan terjadi revolusi jilid 2. Tapi nyatanya mereka gagal total. Morsi dan IM tetap tenang dan berjalan walaupun ditekan terus menerus, diembargo oleh pengusaha-pengusaha fulul, didemo sepanjang hari bahkan istana negara diserang, kantor-kantor IM dirusak hingga beberapa kader mereka gugur (semoga Allah menyertakan mereka bersama para syuhada').

Mereka menginginkan agar kekuatan Islam yang ada 'lost of control" dan kemudian bertindak diluar akal sehat, dan setelah itu biar rakyat akan menilai dan bersikap.  Tapi publik semakin bisa membaca apa yang sebetulnya terjadi. Ketenangan, kesabaran, keyakinan dan tsiqoh kepada Allah justru membantu kesuksesan misi-misi yang tengah dibawa. Adapun tekanan-tekanan tadi hanyalah sebagai pecutan agar pemerintah fokus melakukan percepatan misi dan menjadi aba-aba agar senantiasa berada di atas rel. Justru memperkecil ruang bagi pengusung kebangkitan ini untuk bereuforia dan terlena menikmati kemenangan.

Mereka harus berpacu bersama waktu, mengalahkan rintangan dan tekanan yang ada. Tekanan yang ada justru semakin menyadarkan bahwa mereka hanya punya waktu sedikit. Orang tidak akan peduli seperti apa kondisi yang mereka lalui, tapi hanya akan melihat apa yang telah mereka lakukan. Lalu apa hasilnya? Proyek besar konstitusi baru Mesir berbasis Syariat Islam berhasil dirampungkan walau dalam badai tekanan. Untuk perkembangan terkini sedikit demi sedikit perekonomian yang marupakan prioritas utama mulai membaik.

Dan Katakanlah: “Beramallah kamu, maka Allah akan melihat amalmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu amalkan (di dunia)” (QS. At-Taubah: 105)

Dan sejarah tentunya akan terus berulang meski beda ruang dan waktu. Apa yang dialami gerakan Islam di Mesir bukan yang pertama, tapi merupakan warisan sunnatullah sejak dimulainya dakwah ini, dan sunnatullah itu tidak akan berubah.

Maka ketika melihat apa yang terjadi di tanah air hari ini, sepertinya tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh pengusung kebangkitan Islam di Mesir. Panggung dan suasananya mungkin beda. Tapi skanario tak akan jauh beda. Jika diibaratkan bola, para pemain sedang berjibaku dengan waktu untuk bisa menciptakan gol dan mengalahkan tim lawan. Maka saat ini kita sedang berpacu dengan waktu memperebutkan sebuah momentum besar yang akan terjadi dalam waktu dekat. Momentum kebangkitan.Yang kuat bertahan, yang bisa membaca situasi dan pintar merebut momentum, maka dialah yang akan menang. Terlalu fokus dengan kaki lawan akan membuat kita lupa mengontrol arah bola.

Kemenangan kita bukan karena banyak yang memuji dan menepuk tangani, tapi sebesar apa obsesi dan kesabaran kita berbuat lebih banyak. Biarkan orang-orang yang tidak senang berteriak sesuka mereka karena mereka mungkin dipekerjakan untuk itu. Dan kita tetap fokus dengan target kebangkitan yang sedang kita perjuangkan. Barangkali kita sedang ditempa untuk lebih siap memikul tugas besar ini. Intinya bagaimana menjadikan pukulan sebagai pemacu. Selama kita masih yakin bahwa sedang memperjuangkan sebuah kebenaran.

Tatkala kebenaran datang, kebatilan pasti akan hancur. Pasti.
Wallahu a'lam.

Kairo, 11 Mei 2013

|*Mahasiswa Universitas Al Azhar | Pengamat Timur Tengah, Pusat Kajian Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir