Ranah

Ratok taragak dari rantau

Laba-laba

Together, everywhere, forever..

Be happy

Ceria mengejar impian.. tetap optimis walau jalan masih berdebu

Revolution

Menyaksikan sisa-sisa Revolusi Mesir di Tahrir Square

BBM club

Belajar,Berbagi, Mumtaz | Korean view - International Park

Sejarah kita tak bisa lepas dari orang, bangunan, dan tradisi. Di dalamnya kita temukan nilai-nilai, pola hubungan, budaya, dan juga peradaban. Pada ketiganya kita menyandarkan sebagian besar proses bertumbuh dalam hidup. Sebab hidup, adalah soal bercermin dari masa lalu dan masa sekarang, untuk masa depan. Oleh karena itu, Al Qur'an menyuruh kita berjalan, agar mata lebih terbuka, agar kita mau berpikir, mengambil pelajaran, dan mengerti. Maka, "Lihat Bangunan, Orang, dan Tradisi Negeri lain" #tarbawi 295

Selasa, 28 Mei 2013

Benci dan Dengki itu Pasti Akan Bungkam

        |@harakie21

Pada akhirnya orang2 yang menebar kebencian itu akan bungkam dan malu sendiri

Lihat aja orang2 Quraisy yang dulu sangat benci pada Rasulullah, petantang-petenteng sana sini menghasut

Akhirnya terdiam juga di depan kebenaran.

Atau seperti orang-orang yahudi? Yang mengenal Rasulullah sebagaimana mengenal anak-anak mereka sendiri. Tapi karena dengki...

Karena dengki kenapa Nabi tidak lahir dari golongan mereka, .. lalu membenci kebenaran yang sekian lama mereka tunggu2

Dan akhirnya orang-orang Yahudi seperti Bani Quraizah itu dibunuh dan ditawan. Yang menyepakati hukuman itu wakil mereka sendiri

Sayup2 kedengaran syair 'Di Hati ini Hanya Tuhan yang Tahu.." :p

makanya kamu jangan sok tahu isi hati orang, jangan sampe lancang mencap dia munafik.

Minggu, 26 Mei 2013

Gerakan Orientalis Dari Masa ke Masa

Ketika mencari defenisi kata orientalisme, kita akan mendapati beberapa penjelasan tentang kata ini. Secara bahasa istilah ini berasal dari kata 'orient' yang berarti 'timur', dan kemudian difahami sebagai orientasi ketimuran. Namun pengertian etimologi ini masih terlalu umum.

Adapun secara epistimologi, orientalisme mengandung beberapa pengertian, antara lain:

1. Suatu lembaga yang melakukan interaksi dengan dunia timur, mengkoordinir kebijakan-kebijakan seputar dunia timur baik dalam kerangka karakter, pembelajaran, stabilitas dan pemerintahannya.

2. Sebagian lain mendefinisikannya sebagai suatu metode barat untuk memahami dunia timur dan berupaya menguasainya.

3. Ada juga yang mendefinisikan sebagai ilmu dunia ketimuran. Definisi ini mengandung dua ruang lingkup:
 a. Lingkup umum: Upaya bangsa barat untuk menguasai seluruh aspek ilmu ketimuran, baik aspek bahasa, sastra, peradaban dan agama.
 b. Lingkup khusus: Upaya bangsa barat mempelajari seluk beluk dunia Islam, baik dari sisi kebahasaan, sejarah maupun akidah.

4. Sementara itu ada juga yag mendefinisikan sebagai penggabungan metode kajian ketimuran dengan kekuatan-kekuatan rohani yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Dari keberagaman definisi ini, para pakar juga berbeda dalam memberikan batasan siapa yang disebut orientalis.

Ada yang memahami orientalis adalah para profesor dan pakar akademis yang fokus mengkaji Bahasa Arab, peradaban dan seluk beluk dunia Arab serta agama Islam.

Ada juga yang mendefinisikan orientalis sebagai suatu kelompok orang yang fokus dalam bidang kajian ketimuran, baik dalam bidang keilmuwan, seni budaya, sastra, agama dan sejarah.

Sementara itu ada juga yang mengartikan orientalis sebagai penulis barat yang menulis tentang pemikiran dan peradaban Islam.

Namun secara umum ranah kajian orientalis ini tak lepas dari hubungan dunia timur dan barat. Apakah dalam lingkup umum yang lebih luas seluk beluk ketimuran, maupun cakupan lebih khusus yaitu isu keislaman dan sekaligus sebagai jembatan bagi dunia barat menguasai timur.

Kapan Munculnya Gerakan Orientalis?

Terdapat banyak perbedaan versi yang menjelaskan kapan gerakan ini muncul dan berkembang.

-Ada yang mengatakan bahwa orientalisme tumbuh dan berkembang pada akhir abad ke tujuh. Hal ini didasarkan pada perkembangan literatur Kristen tentang Islam pada abad itu.

-Pendapat lain mengatakan gerakan ini muncul pada abad ke sepuluh, ketika seorang pelajar barat, Gerbert belajar ke Cordova, Andalusia yang kemudian kembali ke negerinya dan menjadi pendeta bernama Silvester II.

-Pendapat yang menyatakan bahwa gerakan ini muncul pada abad ke-12, ditadai dengan lahirnya karya orientalis pertama tentang Terjemahan makna Al Qur'an dan munculnya kamus pertama Arab-Latin.

-ada juga yang mengatakan bahwa orientalis muncul setelah Perang Salib, karena perang ini merupakan akhir perang agama menggunakan senjata. Dari perang ini gereja mulai merubah taktik mereka untuk menguasai dunia Islam. Mereka sudah tidak mungkin lagi menang melawan tentara Islam.

-Selain itu ada juga yang berpendapat munculnya gerakan orientalis pada abad 18, ditandai dengan masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir danbeberapa negara timur.

Perjalanan Orientalisme dari Masa ke Masa

Jika kita runut perkembangan gerakan orientalisme sesuai periodenya, maka bisa kita bagi ke dalam beberapa fase:

-Fase Keemasan Islam

Ini merupakan fase kecemerlangan peradaban Islam dengan kemajuan dinasti Andalusia. Pada masa ini ilmu pengetahuan begitu maju dan berkembang. Sementara di sisi lain bangsa barat sedang mengalami zaman kegelapan. Kemajuan Islam membuat mereka akhirnya tertarik untuk belajar dari umat Islam. Mereka terus mempelajari faktor-faktor kebangkitan Islam dan kesuksesan mereka mendapatkan kejayaan tersebut.

-Fase Pasca Perang Salib

Ini merupakan fase penting perkembangan orientalisme. Perang ini merupakan titik tolak dunia barat dalam merubah strategi mereka menguasai timur khususnya dunia Islam. Mereka begitu gigih mempelajari dan mengkaji seluruh warisan literatur umat Islam.

Di antara pencapaian pada priode ini adalah:

 a. Prioritas mengumpulkan seluruh warisan pengetahuan islam dan memindahkannya ke Eropa.

 b. Menjadikan literatur-literatur berbahasa Arab sebagai referensi otentik di setiap universitas di barat.

 c. Membangun sekolah dan institut bahasa Arab di negara-negara Eropa

 d. Meningkatkan motivasi gerakan menerjemah

 e. Mengarahkan aktivitas menerjemah ke dalam bahasa latin.

 f. Melaksanakan seminar-seminar dan konferensi, baik tingkat nasional, kawasan maupun internasional. 

-Fase Gerakan Terorganisir

Ini merupakan masa dimana aktivitas orientalis mulai terorganisir,berkoordinasi dengan penjajahan barat yang ingin menguasai timur. Ini merupakan fase terpenting gerakan orientalisme dimana mereka mulai merubah peta rencana terhadap dunia timur.

Aktivitas gerakan orientalis pada masa ini meliputi: Penerbitan majalah dalam berbagai bahasa, menguasai sebagian besar manuskrip-manuskrip peninggalan Islam, meningkatkan dukungan materil, melaksanakan seminar regional maupun internasional, menggiatkan gerakan menulis dan kemudian menyebarkan tulisan-tulisan mereka ke negara jajahan, menguatkan hubungan orientalis dengan kementrian luar negeri, pengiasa kolonial dan kedutaan, dan lain-lain.

-Fase Pasca Perang Dunia II

Masa ini merupakan kelanjutan fase sebelumnya, dimana gerakan orientalis mengalami kemajuan dalam segi materil hingga memungkinkan mereka memperluas aktifitas. Perkembangan ini terus berlanjut hingga beralih ke wilayah politik dan menjadi perpanjangan tangan kepentingan barat. Sejak itu gerakan ini tidak lagi seperti sebelumnya, namun sudah cenderung sekuler. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mulai disusupi gerakan zionis dan dimanfaatkan untuk mendukung program zionis.

Faktor Munculnya Gerakan Orientalis

Secara singkat gerakan orientalis muncul disebabkan beberapa faktor, antara lain:

 -Faktor agama, ini merupakan faktor asasi.

 -Faktor kolonialisme, sebagaimana perkembangannya aktivitas orientalis mendapat dukungan penuh dari penjajah agar bisa bekerja untuk kepentingan penjajah itu sendiri.

 -Faktor politik

 -Faktor ekonomi

 -Faktor keilmuan

 _________________________________________________





Note mata kuliah Orientalis dan Missionaris | Fak. Ushuluddin
Diambil dari diktat tulisan Dr. Misbah Manshur | Dosen Fak. Ushuluddin, Al Azhar University
 

Jumat, 24 Mei 2013

Musafir dan Gurun Tandus

Tersebutlah seorang musafir yang telah menempuh perjalanan jauh, ia pun lelah dan berhenti di sebuah negeri. Syahdan di negeri itu memiliki adat istiadat yang unik, setiap raja yang lengser dari jabatannya akan diasingkan ke gurun yang tandus, terpencil lagi berbahaya. Sesiapa yang masuk ke gurun itu tidak luput dari serangan hewan-hewan buas, mustahil kembali dengan selamat.

Saat memasuki negeri itu dia menemukan penduduknya sedang berembug mencari siapa yang mau diangkat sebagai raja. Berbeda dari negeri-negeri lain yang dia ketahui, orang berebut menginginkan jabatan tersebut. Alasannya karena kebiasaan tadi.

Sang musafir tadi pun mengajukan dirinya sebagai raja. Orang-orang di sana tercengang tak percaya. Pasalnya ini pertama kali orang yang sukarela mengajukan diri. Apakah dia tidak sadar apa nasib akhirnya? Namun dengan senang hati penduduk menerima dan mengangkatnya sebagai raja dengan masa yang telah ditentukan. 10 tahun.

Tapi kawan, musafir kita ini ternyata cerdas. Di samping menjalankan amanahnya sebagai raja, dia membuat gebrakan baru yang tidak pernah terfikirkan oleh raja-raja sebelumnya.

Apa yang dia lakukan? Nanti akan kuceritakan. :)

Sang raja ini memerintah dengan baik dan adil. Tahun pertama, kedua, ketiga hingga ke delapan berjalan dengan baik. Tahun ke sembilan ternyata kerinduannya untuk mengakhiri jabatannya mulai terasa. Hingga tahun ke sepuluh, rindunya tak tertahankan. Orang hanya tercengang-cengan ada apa dengan sang raja ini. Karena biasanya setiap raja yang akan mengakhiri masa jabatannya dihantui kecemasan dan gelisah yang mendalam. Terbayang nasibnya setelah itu.

Tapi yang satu ini tidak. Justru dia menceritakan setelah ini akan merasakan kesenangan dan kebehagiaan yang luar biasa, melebihi apa yang dirasakan para pengantin baru. Hingga sampai pada hari yang ditentukan, dia bersiap dibawa ke daerah pembuangan. Dia berangkat dengan girang. Hata sesampainya di pembuangan alahkah tercengangnya para pengawal yang mengantar. Mereka mendapati tempat itu adalah sebuah kota yang rapi, dipenuhi taman-taman dengan aneka tumbuhan, telaga yang menyejukkan dan istana yang sangat megah. ada apa ini? Kenapa tanah ini sudah menjadi kota yang indah?

Sang musafir menjawab, "Saya tahu akan datang ke tempat ini, maka saya mempersiapkan jauh-jauh hari."  Terbukalah apa yang selama ini dilakukan sang musafir ini. Di tahun pertama dan ke dua dia mengumpulkan harta yang banyak. Tahun ke tiga dia menugaskan orang membuat jalan ke padang pasir bakal tempat pembuangannya. Tahun ke empat dia membersihkan tempat itu dari hewan-hewan buas lagi berbisa. Tahun berikutnya dia memerintahkan untuk mengairi padang pasir tersebut dan menanaminya dengan beraneka tumbuhan. Hingga tahun ke delapan dia telah menyulapnya menjadi kota yang indah berikut taman-taman dan istananya yang megah. Sampai disini cerita itu.

Inilah sekelumit gambaran cerita kehidupan manusia yang diberikan kesempatan untuk berbenah diri di dunia, namun hanya sedikit yang insaf bahwa kematian akan menjemputnya. Namun di antara yang insaf pun hanya sedikit yang benar-benar mempersiapkan 'masa depannya' ini.

Kita hanyalah musafir yang singgah ke negeri bernama dunia. Tapi ini bukan negeri kita, bukan tujuan kita. Kita singgah sejenak hanya untuk mencari bekal sebanyaknya hingga batas waktu yang ditentukan. Namun pada saat yang sama kita harus mengemban peran sebagai 'khalifah' di muka bumi. Inilah dua peran yang mau tak mau harus kita jalani. Mengambil bagian dunia ini dalam rangka berbekal untuk negeri akhirat. Jika sang musafir tadi harus jadi raja agar bisa membangun istana dan kota taman yang indah di padang pasir, kita menjadi apa?

------
Cuplikan khutbah Jum'at Dr. Abdurrahman Al Barr, ulama senior Al Azhar- Dekan Fak. Ushuluddin. | Masjid As-Salam, H-10, Nasr City, 24 Mei 2013
-juga disadur dari tulisan Usz. Zulfi Akmal, MA.

Selasa, 14 Mei 2013

Cinta itu memahami...

Edisi Curhat | Ini adalah sepotong memoarku dengan sahabat-sahabat terbaik yang pernah kutemui, bahkan kami sudah bagai saudara. Akur.

Kami resmi ketemu tanggal 17 Juli 2004 -kalau ngga salah- di sebuah kampus semi pesantren. Kata orang itu adalah kampus terkenal dan bergengsi. Katanya. Walaupun kenyataannya iya, hehe.

Sejak itu kami mulai saling mengenal dan diwajibkan saling kenal, karena aturan asrama kami memang begitu. Yang tidak mengenal teman-temannya bersiap "dimuhasabah" oleh senior.

Mulanya memang agak canggung, karena cukup banyak perbedaan di antara kami. Latar belakang sekolah, kapasitas akademis, kampung, karakter, dan lain lain. Hal yang paling mencolok pertama kali ketika itu adalah pertemanan. Ini lumrah. Di awal-awal masih ada kecendrungan untuk eksklusif. Biasanya hanya berkumpul dengan teman-teman satu almamater; satu Tsanawiyah (SMP), pesantren, satu kampung, kerabat, dll. Kemudian ini berlanjut pada kesamaan hobi dan karakter. Jadi muncul setelah itu anak-anak basket, anak-anak masjid atau apalah. Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kapasitas akademis. Yang berasal dari Tsanawiyah maeraca canggung melihat kemampuan berbahasa Arab teman-teman yang pernah di pesantren. Begitulah seterusnya sampai para senior cukup giat "memuhasabah" kami.

Perbedaan karakter adalah hal yang paling berkesan dan unik bagi kami sehingga menarik untuk dikomentari.Walhasil jadilah kami komentator-komentator ulung yang mengomentari satu sama lain. Orang-orang yang melihat sering merasa jengah bahkan emosi. Bukan karena dikomentari, tapi karena melihat 'nasib' mereka yang dikomentari. Tapi bingungnya, yang dikomentari justru malah makin sering mencari kesempatan untuk dikomentari, apalagi kesempatan untuk membalas.

Kebiasan ini cukup berpotensi mengundang konflik termasuk bagi saya. Konon katanya sih karena alasan harga diri. Apalagi ketika itu saya termasuk pemilik kecendrungan (baca: idealis) berbeda. Tidak suka diusik dan mengusik serta tidak pintar membalas :). Hingga suatu hari luapan konflik batin saya tak terbendung. Jangan salah, dulu saya pernah bilang begini kepada teman saya itu, "sekali lagi kau mengatakan 'itu', kubunuh kau!" (garang.com). Bahkan ada teman saya yang lain menulis sebuah surat untuk melampiaskan frustasinya, kami kompak menganggap itu adalah 'Surat Wasiat', (haha).

Akhirnya saya curhat kepada senior karena sudah tidak betah dengan suasana seperti ini. Senior saya ini memberikan banyak pencerahan. Inti dari semua wejangannya adalah menyarankan saya agar bisa memahami dan pandai menyikapi kondisi. Ibaratkan masalah itu adalah sebaskom air garam yang sangat asin jika dicicipi. Namun jika dilemparkan ke telaga ia tak akan berasa apa-apa. Terimalah masalah tu dengan hati seluas telaga.

Selain itu kita perlu mengenal karakter masing-masing orang sekitar. Harus bisa menyesuaikan diri dengan karakter mereka. Bukan berarti terkontaminasi, tapi pintar mencari posisi nyaman. Biarin aja mereka menjadikan kita sasaran empuk, karena mungkin kita sangat berkesan bagi mereka. Ntar juga bakal bosan sendiri.

Menuntut orang lain memahami kita adalah mustahil, justru akan menjadikan kita benda asing yang akan selalu berbenturan kondisi sekitar. Hasilnya kita sendiri akan babak belur. Tapi berikan ruang yang tepat untuk mereka agar tidak selalu berbenturan dengan kita.

Biasanya seseorang akan bersikap sesuai tipologi yang dia suka. Orang yang senang bercanda tentu tidak akan nyambung jika ditanggapi serius. Justru hasinya akan anarkis. Ya, anarkis. Tapi ini tidak berlaku untuk tipe tempramen. Jika sama-sama tempramen dipertemukan hasilnya adalah pertumpahan darah. Nah, lho..

Nyatanya benar. Dengan memahami ternyata akan menyelamatkan kita dari ancaman 'tidak nyaman'. Beginilah pergaulan menuntut kita.  Ini juga yang menjadi alasan saya nyaman bersama sahabat-sahabat ini. Bahkan membuat kerinduan kami selalu terpupuk, meski selalu ketemu tiap hari.

Saya sepakat kalau orang bilang ini cinta. Karena cinta akan tumbuh setelah saling memahami. Cinta itu memahami. Kalaupun ada kemudian hari yang berkata, "cintamu telah membunuhku.." itu adalah insiden. :D

Salam cinta untuk sahabat-sahabat saya, Generasi Laba2. Inni uhibbukum fillah .. 
 
Kairo, 14 Mei 2013
Mohon maaf jika alurnya kesana-kemari, namanya juga curhat, :)


Minggu, 12 Mei 2013

Kekuatan Moral yang Menggentarkan

Oleh: Harun Al Rasyid
Hari pertama pertempuran Qadisiyah, pasukan Muslim terdesak dan nyaris kalah. Di luar dugaan, kuda-kuda pasukan Muslim kalang-kabut menghadapi pasukan bergajah Persia. Selain itu jumlah musuh yang jauh lebih besar cukup mempengaruhi psikologis tentara Qadisiyah. Selama dua hari pertempuran tentara Persia berhasil mengacaukan barisan Muslim.

Namun pada hari ketiga, 1000 bala tentara dari Syam datang dibawah pimpinan Qa’qa bin Amr At Tamimi. Sebelum sampai di medan Qadisiyah, Qa’qa membagi pasukannya menjadi sepuluh batalion kecil, masing-masing beranggotakan 100 tentara. Kemudian mereka bergerak satu persatu menuju medan pertempuran bergabung dengan tentara Sa’ad bin Abi Waqqash yang sudah bertempur selama dua hari. Pasukan ini terus berdatangan seakan ini tidak ada habisnya hingga nyali musuh pun gentar. Sementara tentara Muslim semakin kuat dengan kedatangan bala bantuan yang tak pernah putus ini.

Beberapa abad setelah kemenangan Qadisiyah realita justru berbalik arah. Umat Islam tak lagi bisa membendung ekspansi besar-besaran bangsa barat. Dengan propaganda media, pemikiran, berbagai tuduhan dan fitnah mereka terus memecah belah dan melemahkan umat ini hingga mereka sibuk dengan wacana yang mereka gulirkan.

Inilah Palestina, setelah jatuh dari pangkuan Islam negeri ini menjadi bulan-bulanan kaum zionis demi melancarkan ambisinya. Setiap hari puluhan rakyat ditangkapi, dibunuh dan dizhalimi. Harta mereka dirampas, perkampungan dihancurkan dan diganti dengan pemukiman-pemukiman Yahudi. Sementara Al Aqsa setiap saat tak luput dari penodaan.

Negara-negara Islam belum mampu berbuat banyak memberikan pembelaan, sehingga zionis begitu leluasa meneruskan ambisinya. Gerakan-gerakan perlawanan Palestina tetap bertahan sekalipun dalam pengepungan dan blokade. Mereka berdiri memikul beban seluruh umat Islam mempertahankan bumi waqaf Palestina dan kemuliaan Al Aqsa.

Sudah saatnya kita menyadari, menyatukan suara dan persepsi bahwa Palestina adalah tanggung jawab bersama. Tugas besar ini tak akan mampu dipikul oleh sekelompok orang, melainkan seluruh pihak ikut terlibat.

Kita perlu membangun solidaritas walau dalam bentuk paling sederhana. Walau hanya sekedar menyisihkan sedikit rezki yang kita miliki, walau hanya menyuarakan dukungan dan simpati. Namun jika dilakukan bersama dan terus-menerus maka batu karang yang keras suatu hari akan terbelah jika terus ditetesi air. Para penjajah itu tentu tidak lebik keras dari batu karang.

Solidaritas yang kita bangun terus menerus merupakan kekuatan moral yang kita berikan kepada bangsa Palestina. bantuan umat Islam tak akan berhenti sampai Al Aqsa dibebaskan. Dengan cara ini kita akan menggoncang kekuatan zionis sebagaimana dulu pasukan Qadisiyah berhasil menggoncang tentara Persia.

| Tulisan ini telah dimuat di rubrik "Sikap", buletin SINAI edisi Interaktif, April 2013

Sabtu, 11 Mei 2013

Klarifikasi demo mahasiswa Al Azhar

Luar biasa kerja media, ibaratkan mayat yang sudah terkubur bisa dibangkitkan lagi kapanpun mereka mau. Saya kira musibah keracunan mahasiswa Universitas Al Azhar yang berbuntut pada beberapa reaksi lapangan sudah selesai, eh ternyata diungkit lagi.

Akhirnya saya tergelitik juga berkomentar.

Beberapa waktu yang lalu saya juga sedikit galau dan ingin tahu apa yang sebetulnya terjadi. Apalagi ini melibatkan nama universitas saya, Al Azhar. Setelah mencermati beberapa wacana di lapangan saya menilai BEM Universitas Al Azhr juga harus "bertanggung jawab atas reaksi tersebut karena mereka punya wewenang mengkoordinir dan mengetahui aktivitas mahasiswa di lapangan. Walaupun belum berhasil menemukan nomor HP presiden BEM, alhamdulillah saya ketemu ketua BEM Fakultas Ushuluddin. Padanya saya ceritakan saja apa yang terlintas dalam kepala dan beberapa wacana yang muncul di ranah publik.

Dia pun memberikan klarifikasi berikut fotokopi Press Release BEM Pusat. Dalam lembaran itu dinyatakan bahwa BEM telah mengikuti perkembangan kasus ini sejak awal, bahkan jauh-jauh hari sebelum meluas. Mereka juga sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang namun belum ada respon dan solusi, sementara kasus terus berkembang cepat dan korban keracunan berjatuhan. Akhirnya mereka mendatangi kantor Grand Syaikh (masyikhah) dan memimta agar kasus ini segera diinvestigasi dan menyampaikan beberapa aspirasi mahasiswa.

Dalam Press Release yang dikeluarkan tanggal 7 April 2013 tersebut dinyatakan beberapa poin pernyataan sikap, antara lain:
1. Memastikan penurunan rektor
2. Terus mengikuti ketetapan-ketetapan dewan tinggi Al Azhar
3. Percepatan proses pemilihan rektor baru agar tidak ada kekosongan dalam jabatan ini
4. Menegaskan sikap/aksi santun di hadapan Grand Syaikh, tanpa menentang lembaga Al Azhar atau keinginan untuk merongrog Grand Syaikh seperti yang dipelintir oleh sebagian pihak
5. Memberikan penghormatan dan bersikap santun terhadap para guru di Al Azhar, hanya saya berbeda pandangan soal pengelolaan.
6. Penghormatan terhadap lembaga Al Azhar, senantiasa bersikap loyal terhadap Al Azhar dan berusaha mempertahankan independensi Al Azhar
7. Berterimakasih kepada Grand Syaikh yang sudah memberikan respon dengan cepat.
Sebagaimana apresiai juga diberikan kepada presiden dan pihak-pihak yang cepat tanggap menangani masalah ini.

Di akhir pertemuan mereka berpesan jika teman-teman wafidin punya kendala dan uneg-uneg berkaitan dengan kemahasiswaan atau isu-isu keazharan, BEM siap membantu.

***
Sebagai pihak ketiga atau orang-orang di luar lapangan kita perlu menemui pihak yang terlibat langsung dan minta klarifikasi agar bisa memahami persoalan dengan jernih. Tapi memang, biasanya penonton terlihat lebih tahu daripada pemain. ^^

Semoga bermanfaat, Allahu a'lam

Carut Marut di Mesir Karena Mayoritas Media masih Pro Mubarak

Pemberitaan mengenai Mesir yang seolah sedang kacau di kebanyakan media akhir-akhir ini menyesatkan masyarakat. Hal ini dikatakan oleh sumber yang dekat dengan kepresidenan Mesir, Jum’at (3/5).

“Kebanyakan pemberitaan tentang ‘kekacaun’ Mesir menyesatkan. Bisa dibayangkan, jika kita berdiri di depan rumah kita sendiri, lalu sekelompok orang datang, kemudian tewas. Justru kitalah yang dituduh-tuduh sebagai pelaku kejahatan oleh media,” kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.

Dia menambahkan bahwa media Mesir pada umumnya dibagi menjadi dua. Pertama, media independen yang dimiliki swasta dan kedua media yang berafiliasi kepada Mubarak yang telah dilengserkan. Media kedua inilah yang mendominasi perusahaan media Mesir.
Menurut sumber itu, dirinya menyaksikan Mubarak memilih sendiri 43 pegawai media yang sampai saat ini masih bekerja di media-media.

Sumber tersebut menambahkan media-media Mesir lebih banyak memberitakan kerusuhan-kerusuhan anti Mursi daripada hal positif yang pemerintah lakukan.

“Mereka sedikit sekali memberitakan hal positif tentang pemerintah Mesir saat ini. Namun apabila terjadi peristiwa demo anti Mursi, di depan istana atau kantor pusat Ikhwanul Muslimin, mereka langsung memberitakannya, seolah ini adalah berita besar. Ketika jatuh korban tewas dari anggota Ikhwanul Muslimin, mereka sama sekali tidak memberitakannya.” katanya.

Terkait dengan protes anti Mursi, sumber tersebut mengungkapkan kerusuhan didalangi oposisi yang merekrut para tunawisma dan yatim yang tidak terlalu mengerti tentang arah kebijakan Mursi.

“Oposisi memanfaatkan mereka untuk ikut dalam aksi demo, dan bahkan saya mendapatkan info, mereka mendapatkan bayaran untuk itu,” yakinnya.

Sumber tersebut mengatakan kerusuhan yang hanya sebagian kecil itu dibesar-besarkan media, sehingga masyarakat dunia menganggap Mesir sedang berada di ‘ujung revolusi’ lagi.

“Mungkin sekitar 10.000 orang yang berdemo ini sangat kecil jika dibandingkan dengan 84 juta warga Mesir yang bukan oposisi dan damai-damai saja,” katanya.

Pernyataan itu didukung oleh Penelitian Pusat Media dan Pembelajaran Opini Publik Mesir yang menemukan bahwa 62% hasil peliputan media mengenai Presiden Mursi itu tidak memiliki standar profesional serta tidak ada landasan objektivitas yang mendasar.

Penelitian menyebutkan, ada sejumlah 176.000 produk pers dan 2.180 jam siaran televisi yang diteliti oleh tim yang ahli dalam pencitraan media. Studi itu mengungkapkan, ada satu pendekatan dominan yang dilakukan media Mesir swasta dalam memberitakan Presiden Mursi, yaitu adanya kebijakan mereka untuk membuat citra negatif presiden melalui saluran TV, situs website dan surat kabar. 

Membaca lagi sejarah Yahudi.

Sampai di sini semakin jelas, kenapa orang Mesir paling benci pada bangsa Yahudi (Bani Israil). Ternyata kebencian ini juga merupakan warisan sejarah masa lalu. Setelah anak cucu nabi Ya'qub -alaihissalam- pindah ke Mesir sesuai ajakan Yusuf-alaihissalam-, mereka pun hidup berdampingan dengan bangsa Mesir dan mendapatkan posisi terhormat karena saudara mereka, Yusuf adalah pejabat penting negeri ini.

Namun sepeninggal Yusuf, mereka mengkhianati rakyat Mesir hingga mereka pun dibenci. Maka terjadilah revolusi yang berhasil menumbangkan rezim dan digantikan oleh orang-orang pribumi. Adapun Bani Israil dijadikan tawanan dan budak. Sejak itu mereka tertindas di Mesir hingga mencapai puncaknya pada zaman Fir'aun.

Kemudian Allah mengutus Musa -alaihissalam- untuk membebaskan mereka dari kezhaliman Fir'aun. Setelah melewati perjuangan yang panjang, Nabi Musa berhasil membawa mereka keluar Mesir dan menenggelamkan Fir'aun.

Tapi apa yang dilakukan oleh Bani Israil setelah itu? Yang pertama mereka lakukan adalah mengkhianati Tuhan yang telah menyelamatkan mereka. Belum kering air di kaki mereka setelah menyeberangi Laut Merah, ketika mereka sampai di perkampungan suatu kaum penyembah berhala mereka berkata kepada Musa. "Wahai Musa, buatkanlah untuk kami Tuhan sebagaimana mereka mempunyai sembahan-sembahan..." Hingga Musa marah besar namun tetap bersabar menghadapi mereka.

Berlalu beberapa waktu dari pengembaraan mereka, Musa meninggalkan mereka untuk sementara waktu dalam rangka menjemput risalah Allah di bukit Thursina. Apa yang mereka lakukan? Tersebutlah Samiri kemudian membuatkan patung anak sapi dari tempahan emas yang kemudian mereka jadikan sembahan. Mereka berkhianat untuk kesekian kalinya. Sedih, marah, kecewa.. itulah yang dirasakan Musa alaihissalam sekembalinya dari Thursina.

Ketika mereka diajak untuk memasuki tanah yang dijanjikan, bereka bukannya menerima ajakan itu, tapi malah mengatakan kepada nabi mereka (Musa, alaihissalam): ".. Pergilah kamu bersama Tuhanmu, adapun kami akan duduk-duduk saja di sini."

Begitulah, sepanjang sejarah bangsa Yahudi dipenuhi dengan pengkhianatan. Dan pengkhianatan yang mereka lakukan langsung, hanya beberapa detik setelah maut nyaris menyambar mereka.

Bersambung..

Sunatullah Kebangkitan

Sebuah Catatan dari Kebangkitan Islam di Mesir

|Oleh: Harun Al Rasyid *

Menjelang naiknya poros gerakan Islam yang dipimpin Ikhwanul Muslimin ke panggung perpolitikan pasca revolusi 25 Januari, Dr. Mohammed Morsi terlebih dahulu dijebloskan ke penjara Mubarak bersama beberapa petinggi IM lainnya karena dianggap sebagai dalang kerusuhan (baca: revolusi). Namun revolusi terus berlanjut hingga Mubarak lengser dan gerakan Islam yang sebelumnya diberengus oleh Sang Diktator muncul ke permukaan. Kekuasaan absolut berakhir sudah digantikan dengan kebebasan.

Angin demokrasi ternyata membawa semangat baru perjuangan gerakan Islam yang ada di Mesir. Ikhwanul Muslimin yang tadinya dicekal habis-habisan muncul bagai arus besar yang tak terbendung. Salafi yang tadinya menutup diri dari arus perpolitikan ikut ambil bagian dalam arena demokrasi ini. Demikian juga dengan Jamaah Islamiyah dan lainnya juga ikut mengisi momentum ini. Semuanya berjuang menyuarakan syariat Islam dan menyelamatkan revolusi Mesir ke pangkuan Islam.

Dalam beberapa kali pemilu kemenangan berada di poros Islam. IM dan Salafy berhasil memperoleh banyak kursi di parlemen. Ini menandakan bahwa kesadaran dan kepercayaan rakyat pada Islam kian membaik. Tapi yang perlu kita catat bahwa sepanjang proses menuju kemenangan-kemenangan itu kekuatan islam seperti IM dan Salafy tak luput dari tekanan lawan-lawan politik mereka. Beberapa kali IM dan tokoh-tokohnya difitnah, diintimidasi secara moral bahkan fisik. Berbagai pencitraan negatif beredar di media-media yang membenci naiknya Islam memimpin Mesir. Sementara Salafy diadu domba dengan kelompok Koptik. Padahal entah siapa yang ada dibalik berbagai isu propokatif itu.

Beberapa jam sebelum terpilihnya Dr. Morsi sebagai presiden, secara sepihak MK membubarkan parlemen yang mayoritas diisi oleh aleg dari poros Islam pemenang pemilu pertama yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Jelas ini adalah pukulan terang-terangan yang bertujuan mendepak kekuatan Islam di parlemen dengan alasan status inkonstitusional. Cukup beralasan, sekiranya lembaga legislatif telah dikuasai oleh Islam dan presiden -ketika itu sudah diprediksi- dimenangkan oleh Morsi (capres dari IM), maka revolusi Mesir akan menjadi kuburan masal bagi kekuatan liberal dan pejabat-pejabat korup era Mubarak. Walaupun ini hanya ketekutan yang berlebihan dari kelompok non-islam. Sehingga beberapa pihak berupaya menggagalkan revolusi.

Setelah Morsi naik sebagai presiden ternyata tekanan itu semakin kuat. Barisan oposisi berupaya membuat suasana clash dan menciptakan opini buruk di ranah publik dengan harapan hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintahan yang ada lalu akan terjadi revolusi jilid 2. Tapi nyatanya mereka gagal total. Morsi dan IM tetap tenang dan berjalan walaupun ditekan terus menerus, diembargo oleh pengusaha-pengusaha fulul, didemo sepanjang hari bahkan istana negara diserang, kantor-kantor IM dirusak hingga beberapa kader mereka gugur (semoga Allah menyertakan mereka bersama para syuhada').

Mereka menginginkan agar kekuatan Islam yang ada 'lost of control" dan kemudian bertindak diluar akal sehat, dan setelah itu biar rakyat akan menilai dan bersikap.  Tapi publik semakin bisa membaca apa yang sebetulnya terjadi. Ketenangan, kesabaran, keyakinan dan tsiqoh kepada Allah justru membantu kesuksesan misi-misi yang tengah dibawa. Adapun tekanan-tekanan tadi hanyalah sebagai pecutan agar pemerintah fokus melakukan percepatan misi dan menjadi aba-aba agar senantiasa berada di atas rel. Justru memperkecil ruang bagi pengusung kebangkitan ini untuk bereuforia dan terlena menikmati kemenangan.

Mereka harus berpacu bersama waktu, mengalahkan rintangan dan tekanan yang ada. Tekanan yang ada justru semakin menyadarkan bahwa mereka hanya punya waktu sedikit. Orang tidak akan peduli seperti apa kondisi yang mereka lalui, tapi hanya akan melihat apa yang telah mereka lakukan. Lalu apa hasilnya? Proyek besar konstitusi baru Mesir berbasis Syariat Islam berhasil dirampungkan walau dalam badai tekanan. Untuk perkembangan terkini sedikit demi sedikit perekonomian yang marupakan prioritas utama mulai membaik.

Dan Katakanlah: “Beramallah kamu, maka Allah akan melihat amalmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu amalkan (di dunia)” (QS. At-Taubah: 105)

Dan sejarah tentunya akan terus berulang meski beda ruang dan waktu. Apa yang dialami gerakan Islam di Mesir bukan yang pertama, tapi merupakan warisan sunnatullah sejak dimulainya dakwah ini, dan sunnatullah itu tidak akan berubah.

Maka ketika melihat apa yang terjadi di tanah air hari ini, sepertinya tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh pengusung kebangkitan Islam di Mesir. Panggung dan suasananya mungkin beda. Tapi skanario tak akan jauh beda. Jika diibaratkan bola, para pemain sedang berjibaku dengan waktu untuk bisa menciptakan gol dan mengalahkan tim lawan. Maka saat ini kita sedang berpacu dengan waktu memperebutkan sebuah momentum besar yang akan terjadi dalam waktu dekat. Momentum kebangkitan.Yang kuat bertahan, yang bisa membaca situasi dan pintar merebut momentum, maka dialah yang akan menang. Terlalu fokus dengan kaki lawan akan membuat kita lupa mengontrol arah bola.

Kemenangan kita bukan karena banyak yang memuji dan menepuk tangani, tapi sebesar apa obsesi dan kesabaran kita berbuat lebih banyak. Biarkan orang-orang yang tidak senang berteriak sesuka mereka karena mereka mungkin dipekerjakan untuk itu. Dan kita tetap fokus dengan target kebangkitan yang sedang kita perjuangkan. Barangkali kita sedang ditempa untuk lebih siap memikul tugas besar ini. Intinya bagaimana menjadikan pukulan sebagai pemacu. Selama kita masih yakin bahwa sedang memperjuangkan sebuah kebenaran.

Tatkala kebenaran datang, kebatilan pasti akan hancur. Pasti.
Wallahu a'lam.

Kairo, 11 Mei 2013

|*Mahasiswa Universitas Al Azhar | Pengamat Timur Tengah, Pusat Kajian Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir