Sabtu, 11 Mei 2013

Sunatullah Kebangkitan

Sebuah Catatan dari Kebangkitan Islam di Mesir

|Oleh: Harun Al Rasyid *

Menjelang naiknya poros gerakan Islam yang dipimpin Ikhwanul Muslimin ke panggung perpolitikan pasca revolusi 25 Januari, Dr. Mohammed Morsi terlebih dahulu dijebloskan ke penjara Mubarak bersama beberapa petinggi IM lainnya karena dianggap sebagai dalang kerusuhan (baca: revolusi). Namun revolusi terus berlanjut hingga Mubarak lengser dan gerakan Islam yang sebelumnya diberengus oleh Sang Diktator muncul ke permukaan. Kekuasaan absolut berakhir sudah digantikan dengan kebebasan.

Angin demokrasi ternyata membawa semangat baru perjuangan gerakan Islam yang ada di Mesir. Ikhwanul Muslimin yang tadinya dicekal habis-habisan muncul bagai arus besar yang tak terbendung. Salafi yang tadinya menutup diri dari arus perpolitikan ikut ambil bagian dalam arena demokrasi ini. Demikian juga dengan Jamaah Islamiyah dan lainnya juga ikut mengisi momentum ini. Semuanya berjuang menyuarakan syariat Islam dan menyelamatkan revolusi Mesir ke pangkuan Islam.

Dalam beberapa kali pemilu kemenangan berada di poros Islam. IM dan Salafy berhasil memperoleh banyak kursi di parlemen. Ini menandakan bahwa kesadaran dan kepercayaan rakyat pada Islam kian membaik. Tapi yang perlu kita catat bahwa sepanjang proses menuju kemenangan-kemenangan itu kekuatan islam seperti IM dan Salafy tak luput dari tekanan lawan-lawan politik mereka. Beberapa kali IM dan tokoh-tokohnya difitnah, diintimidasi secara moral bahkan fisik. Berbagai pencitraan negatif beredar di media-media yang membenci naiknya Islam memimpin Mesir. Sementara Salafy diadu domba dengan kelompok Koptik. Padahal entah siapa yang ada dibalik berbagai isu propokatif itu.

Beberapa jam sebelum terpilihnya Dr. Morsi sebagai presiden, secara sepihak MK membubarkan parlemen yang mayoritas diisi oleh aleg dari poros Islam pemenang pemilu pertama yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Jelas ini adalah pukulan terang-terangan yang bertujuan mendepak kekuatan Islam di parlemen dengan alasan status inkonstitusional. Cukup beralasan, sekiranya lembaga legislatif telah dikuasai oleh Islam dan presiden -ketika itu sudah diprediksi- dimenangkan oleh Morsi (capres dari IM), maka revolusi Mesir akan menjadi kuburan masal bagi kekuatan liberal dan pejabat-pejabat korup era Mubarak. Walaupun ini hanya ketekutan yang berlebihan dari kelompok non-islam. Sehingga beberapa pihak berupaya menggagalkan revolusi.

Setelah Morsi naik sebagai presiden ternyata tekanan itu semakin kuat. Barisan oposisi berupaya membuat suasana clash dan menciptakan opini buruk di ranah publik dengan harapan hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintahan yang ada lalu akan terjadi revolusi jilid 2. Tapi nyatanya mereka gagal total. Morsi dan IM tetap tenang dan berjalan walaupun ditekan terus menerus, diembargo oleh pengusaha-pengusaha fulul, didemo sepanjang hari bahkan istana negara diserang, kantor-kantor IM dirusak hingga beberapa kader mereka gugur (semoga Allah menyertakan mereka bersama para syuhada').

Mereka menginginkan agar kekuatan Islam yang ada 'lost of control" dan kemudian bertindak diluar akal sehat, dan setelah itu biar rakyat akan menilai dan bersikap.  Tapi publik semakin bisa membaca apa yang sebetulnya terjadi. Ketenangan, kesabaran, keyakinan dan tsiqoh kepada Allah justru membantu kesuksesan misi-misi yang tengah dibawa. Adapun tekanan-tekanan tadi hanyalah sebagai pecutan agar pemerintah fokus melakukan percepatan misi dan menjadi aba-aba agar senantiasa berada di atas rel. Justru memperkecil ruang bagi pengusung kebangkitan ini untuk bereuforia dan terlena menikmati kemenangan.

Mereka harus berpacu bersama waktu, mengalahkan rintangan dan tekanan yang ada. Tekanan yang ada justru semakin menyadarkan bahwa mereka hanya punya waktu sedikit. Orang tidak akan peduli seperti apa kondisi yang mereka lalui, tapi hanya akan melihat apa yang telah mereka lakukan. Lalu apa hasilnya? Proyek besar konstitusi baru Mesir berbasis Syariat Islam berhasil dirampungkan walau dalam badai tekanan. Untuk perkembangan terkini sedikit demi sedikit perekonomian yang marupakan prioritas utama mulai membaik.

Dan Katakanlah: “Beramallah kamu, maka Allah akan melihat amalmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu amalkan (di dunia)” (QS. At-Taubah: 105)

Dan sejarah tentunya akan terus berulang meski beda ruang dan waktu. Apa yang dialami gerakan Islam di Mesir bukan yang pertama, tapi merupakan warisan sunnatullah sejak dimulainya dakwah ini, dan sunnatullah itu tidak akan berubah.

Maka ketika melihat apa yang terjadi di tanah air hari ini, sepertinya tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh pengusung kebangkitan Islam di Mesir. Panggung dan suasananya mungkin beda. Tapi skanario tak akan jauh beda. Jika diibaratkan bola, para pemain sedang berjibaku dengan waktu untuk bisa menciptakan gol dan mengalahkan tim lawan. Maka saat ini kita sedang berpacu dengan waktu memperebutkan sebuah momentum besar yang akan terjadi dalam waktu dekat. Momentum kebangkitan.Yang kuat bertahan, yang bisa membaca situasi dan pintar merebut momentum, maka dialah yang akan menang. Terlalu fokus dengan kaki lawan akan membuat kita lupa mengontrol arah bola.

Kemenangan kita bukan karena banyak yang memuji dan menepuk tangani, tapi sebesar apa obsesi dan kesabaran kita berbuat lebih banyak. Biarkan orang-orang yang tidak senang berteriak sesuka mereka karena mereka mungkin dipekerjakan untuk itu. Dan kita tetap fokus dengan target kebangkitan yang sedang kita perjuangkan. Barangkali kita sedang ditempa untuk lebih siap memikul tugas besar ini. Intinya bagaimana menjadikan pukulan sebagai pemacu. Selama kita masih yakin bahwa sedang memperjuangkan sebuah kebenaran.

Tatkala kebenaran datang, kebatilan pasti akan hancur. Pasti.
Wallahu a'lam.

Kairo, 11 Mei 2013

|*Mahasiswa Universitas Al Azhar | Pengamat Timur Tengah, Pusat Kajian Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir

0 komentar:

Posting Komentar