Ranah

Ratok taragak dari rantau

Laba-laba

Together, everywhere, forever..

Be happy

Ceria mengejar impian.. tetap optimis walau jalan masih berdebu

Revolution

Menyaksikan sisa-sisa Revolusi Mesir di Tahrir Square

BBM club

Belajar,Berbagi, Mumtaz | Korean view - International Park

Sejarah kita tak bisa lepas dari orang, bangunan, dan tradisi. Di dalamnya kita temukan nilai-nilai, pola hubungan, budaya, dan juga peradaban. Pada ketiganya kita menyandarkan sebagian besar proses bertumbuh dalam hidup. Sebab hidup, adalah soal bercermin dari masa lalu dan masa sekarang, untuk masa depan. Oleh karena itu, Al Qur'an menyuruh kita berjalan, agar mata lebih terbuka, agar kita mau berpikir, mengambil pelajaran, dan mengerti. Maka, "Lihat Bangunan, Orang, dan Tradisi Negeri lain" #tarbawi 295

Selasa, 24 September 2013

Catatan Kekejaman Polisi Mesir terhadap Keluarga Petinggi Ikhwanul Muslimin

Sejak diberlakukannya kudeta militer 3 Juli lalu terhadap Presiden Mesir terpilih, Dr. Muhammad Mursi  menyusul pembubaran paksa demonstrasi anti kudeta di Rab’ah dan Nahdah, pemerintah kudeta mulai gencar melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh anti kudeta karena dinilai berbahaya bagi negara. Beberapa petinggi Ikhwanul Muslimin telah dijebloskan ke penjara termasuk Mursyid ‘Am Dr. Muhammad Badi’. Sementara petinggi-petinggi lain masih dalam proses pengejaran.

Polisi Mesir melakukan penggerebekan terhadap rumah salah satu petinggi Ikhwan di wilayah Giza, Muhammad Syadzali. Namun karena tidak menemukan tokoh yang dicari akhirnya polisi menyeret istri, anak dan tiga tetangganya ke kantor polisi Zyekh Zayad, Giza. Tak kurang, mereka dipukuli olrh polisi.

Aparat keamanan melakukan penggerebekan terhadap rumah Syadzali pukul 2 dini hari, Senin (23/9). Namun mereka tidak menemukan keberadaan Syadzali hingga aparat melakukan pemeriksaan ke beberapa flat yang ada di gedung tersebut. 3 orang tetangga Syadzali ditangkap, ditambah istri Syadzali dan anak perempuannya yang berusia 18 tahun.

Di markas polisi mereka diinterogasi dan diancam agar mau memberitahu dimana keberadaan Syadzali. Namun karena tidak mau memberitahu akhirnya polisi menampar wajah istri petinggi Ikhwan itu. Polisi juga membenturkan kepala putrid Syadzali ke dinding hingga mengalami luka pada telinga. Ini dilakukan untuk menekan agar Syadzali segera menyerahkan diri. Demi mengetahui kondisi keluarganya akhirnya Syadzali mendatangi kantor polisi tersebut pada pukul 4.30 pagi Senin  waktu Kairo.

Meskipun tidak ada surat perintah penangkapan dari kejaksaan, polisi telah menuduh Syadzali terlibat dalam aksi pembakaran kantor polsek Waraq- Giza, tempat Syadzali tinggal sebelumnya. Namuntuduhan tersebut dibantah oleh Syadzali dan keluarganya.

Syadzali terpilih sebagai sekretaris Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP)- sayap politik Ikhwanul Muslimin wilayah Waraq. Sebelumnya ia merupakan caleg FJP pada pemilu Majelis Shaab 2012 lalu. Ia sudah sangat dikenal oleh mesyarakat setempat dengan aktivitas social dan kontribusinya yang besar terhadap penduduk Waraq dan salah satu tokoh terdepan dalam Komite Rakyat yang sempat bahu-membahu bersama rakyat dalam mengatasi kesulitan gas tabung. Syadzali juga terus membangun koordinasi dengan polisi setempat untuk menjaga keamanan masyarakat.


Penangkapan Syadzali bukanlah yang pertama, tapi ia merupakan rangkaian dari episode penangkapan yang dilakukan oleh penguasa kudeta terhadap petinggi Ikhwanul Muslimin, sebagai rangkaian dari agenda kudeta yang telah dimulai sejak 3 Juli lalu. 

Cerita Dari Balik Jeruji

ilustrasi
Oleh: Hasan Ibrahim 

Namanya Ahmad, ayah dari dua orang anak. Dia seorang insinyur dalam bidang teknologi informasi. Kami sering bertemu, walau jarang berdialog. Beberapa kali dia pernah mengirim artikel-artikel tentang teknologi ke email saya. Saya pun tidak tahu apakah dia masih terus mengirim artikel ke email saya, karena saya sendiri sudah sangat lama tidak membuka email. Masjidlah yang setiap hari mempertemukan kami di waktu-waktu shalat. Orangnya ramah dan selalu menjaga shalat berjamaah di masjid. Kebetulan rumahnya persis di samping masjid tempat saya biasa shalat. Menjelang jatuhnya Mubarak, dia termasuk orang sibuk mengkoordinir para pemuda untuk ronda di komplek tempat kami tinggal. 

Setelah peristiwa pembataian missal oleh junta militer terhadap ribuan pendukung presiden pilihan rakyat di Rabeah Al-Adaweyah, munculah gelombang demo besar-besar yang merata di seluruh Mesir. Di antaranya adalah aksi demo damai pada hari Jumat tanggal 16 Agustus 2013 yang di pusatkan di Ramses. Demo kali ini kembali memakan korban jiwa, darah kembali tumpah, dan rumah Allah kembali dinistakan. Masjid Fatah Ramses yang berisi ratusan orang, diantaranya korban luka tembak dan para wanita di kurung selama berjam-jam oleh para preman di bawah pengawalan militer pengkhianat. Selain itu ratusan orang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. 

Lantas apa hubungan antara Ustadz Ahmad dengan peristiwa Ramses tersebut? Saya pun tidak tahu. Yang saya tahu, sejak saat itu saya tidak pernah lagi melihatnya di masjid. Setelah tiga minggu, ketika selesai shalat Maghrib tiba-tiba saya melihat Ustadz Ahmad berada di shaf pertama. Bapak-bapak dan para pemuda yang biasa shalat di masjid mendekat, menyalami, memeluk Ustadz Ahmad. Terlihat mereka sangat bahagia kembali bertemu dengan Ustadz Ahmad. Akhirnya saya bertanya kepada seorang pemuda yang ada di situ, "Ada apa dengan Ustadz Ahmad, kenapa orang ramai mengelilinginya?" 

Ketika itulah saya baru tahu bahwa Ustadz Ahmad telah ditahan oleh pihak keamanan Mesir pada hari terjadinya peristiwa Ramses, walaupun beliau tidak ditangkap di daerah Ramses. 

Selanjutnya beliau di tahan di penjara Thurah. Bagi orang Mesir, penjara Thurah sudah sangat terkenal. Penjara yang terletak di selatan Kairo ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Penjara ini adalah penjara untuk tahanan politik dan pelaku kriminal. Penjara ini di bangun oleh menteri dalam negeri Musthafa Nuhas Basya pada tahun 1928 dengan tujuan untuk meringankan beban penjara Abu Za`bal lama yang sudah sangat penuh. Beberapa tokoh Islam pernah melewati hari-hari mereka di dalam penjara ini, di antaranya Syeikh Abdul Hamid Kisyk, Mohandis Khairat Syathir, Syekh Yusuf al Qardhawy, dan tokoh-tokoh Ikhwan Muslimin lainnya. Sekarang ini, wilayah Thurah telah meliputi tujuh penjara (wooww). 

Apa saja yang dialami Ustadz Ahmad selama berada di dalam penjara? Ikuti terus kisahnya!

Alhamdulillah, beliau tidak pernah mendapatkan siksaan fisik, hanya kata-kata kasar dan cacian yang sering beliau terima di hari-hari pertama. Beliau dimasukkan ke dalam sel yang berukuran lebih kurang 15 m x 15 m, yang dihuni oleh delapan puluh orang. Di setiap sel diselipkan beberapa orang terpidana kasus-kasus kriminal, seperti kasus pembunuhan, perampokan, dan pencurian. Mereka bukanlah orang yang baru hari itu masuk penjara.

Selanjutnya Ustad Ahmad menceritakan bahwa orang-orang yang ditangkap bersama beliau pada hari itu berasal dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan yang beragam. Di antara mereka ada yang sudah bergelar doktor, magister, insinyur. Ada yang bekerja sebagai guru, karyawan di perusahaan minyak, karyawan di perusahaan telekomunikasi, dan lain-lain. Secara umum, mereka adalah orang yang mengenyam pendidikan secara baik. Mereka inilah yang pada akhirnya membuat pemandangan baru di dalam penjara. Mereka selalu shalat berjamaah, membaca Al-Quran, berdoa, berzikir, qiyamullail, puasa senin kamis, bersih-bersih sel, dan bersih-bersih kamar mandi. 

Melihat hal ini, para penjahat kriminal mulai tersentuh dan tersadarkan. Mereka yang selama ini tidak mengenal shalat dan tidak tahu cara berwudhu' mulai belajar kepada penghuni baru penjara. Mereka pun mulai rajin shalat, bahkan shalat tahajjud. Setiap hari selalu ada pelajaran yang disampai oleh mereka secara bergantian. Mereka adalah da'i hakiki yang selalu menebar kebaikan di mana pun mereka berada. Apakah orang-orang seperti ini yang disebut teroris, yang harus diperangi, dipenjara, bahkan dibunuh? 

Sebenarnya yang haq dan yang bathil itu sudah begitu nyata dihadapan kita, hanya mata hati dan nurani kita saja yang telah buta. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman: 

فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Artinya: "Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada." [QS. Al-Hajj: 46].

Ketika para keluarga tahanan kasus kriminal datang menjenguk saudaranya, mereka kaget dan bersyukur dengan perubahan yang terjadi pada diri anggota keluarga mereka. Bahkan di antara tahanan kasus kriminal ada yang minta kepada keluarganya agar dibawakan Al-Quran agar ia bisa mengisi lebih banyak waktunya dengan Al-Quran. 

Sepertinya penjara itu tidak mampu memasung ambisi para dai, tidak mampu memadamkan semangat mereka, tidak mampu menyurutkan langkah mereka, dan tidak mampu menyiutkan nyali mereka. Benarlah ungkapan sebuah syair yang artinya:

"Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau merdeka di balik tembok-tembok itu.

Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau merdeka di dalam ikatan belenggu itu".

Orang-orang yang biasa memakmurkan masjid telah membuktikan bahwa mereka juga mampu menghidupkan dan memakmurkan penjara. Dan insyaAllah, orang-orang seperti merekalah yang juga akan membangun dan memakmurkan negeri ini. Negeri para nabi ini sangat tidak layak diurus oleh para pengkhianat, pembunuh, dan perampok.

Saya sempat bertanya kepada Ustadz Ahmad tentang teman-teman beliau yang dipenjara di sel yang sama, apakah mereka sudah dibebaskan seperti Ustadz Ahmad. Beliau menjawab bahwa sebagian mereka sudah dibebaskan, tetapi ada lagi orang-orang yang baru ditangkap dan dijebloskan ke dalam sel itu karena menentang kudeta.

Saat ini pemerintah kudeta akan membangun tiga penjara baru, dan suatu saat nanti insyaAllah mereka sendiri yang akan mengisi sel-sel penjara itu tutur Ustadz Ahmad mengakhiri dialog kami.

*Dari tulisan ust. Zulfi Akmal