Pemberitaan mengenai Mesir yang seolah sedang kacau di kebanyakan
media akhir-akhir ini menyesatkan masyarakat. Hal ini dikatakan oleh
sumber yang dekat dengan kepresidenan Mesir, Jum’at (3/5).
“Kebanyakan
pemberitaan tentang ‘kekacaun’ Mesir menyesatkan. Bisa dibayangkan,
jika kita berdiri di depan rumah kita sendiri, lalu sekelompok orang
datang, kemudian tewas. Justru kitalah yang dituduh-tuduh sebagai pelaku
kejahatan oleh media,” kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
Dia
menambahkan bahwa media Mesir pada umumnya dibagi menjadi dua. Pertama,
media independen yang dimiliki swasta dan kedua media yang berafiliasi
kepada Mubarak yang telah dilengserkan. Media kedua inilah yang
mendominasi perusahaan media Mesir.
Menurut sumber itu, dirinya
menyaksikan Mubarak memilih sendiri 43 pegawai media yang sampai saat
ini masih bekerja di media-media.
Sumber tersebut menambahkan
media-media Mesir lebih banyak memberitakan kerusuhan-kerusuhan anti
Mursi daripada hal positif yang pemerintah lakukan.
“Mereka
sedikit sekali memberitakan hal positif tentang pemerintah Mesir saat
ini. Namun apabila terjadi peristiwa demo anti Mursi, di depan istana
atau kantor pusat Ikhwanul Muslimin, mereka langsung memberitakannya,
seolah ini adalah berita besar. Ketika jatuh korban tewas dari anggota
Ikhwanul Muslimin, mereka sama sekali tidak memberitakannya.” katanya.
Terkait
dengan protes anti Mursi, sumber tersebut mengungkapkan kerusuhan
didalangi oposisi yang merekrut para tunawisma dan yatim yang tidak
terlalu mengerti tentang arah kebijakan Mursi.
“Oposisi
memanfaatkan mereka untuk ikut dalam aksi demo, dan bahkan saya
mendapatkan info, mereka mendapatkan bayaran untuk itu,” yakinnya.
Sumber
tersebut mengatakan kerusuhan yang hanya sebagian kecil itu
dibesar-besarkan media, sehingga masyarakat dunia menganggap Mesir
sedang berada di ‘ujung revolusi’ lagi.
“Mungkin sekitar 10.000
orang yang berdemo ini sangat kecil jika dibandingkan dengan 84 juta
warga Mesir yang bukan oposisi dan damai-damai saja,” katanya.
Pernyataan
itu didukung oleh Penelitian Pusat Media dan Pembelajaran Opini Publik
Mesir yang menemukan bahwa 62% hasil peliputan media mengenai Presiden
Mursi itu tidak memiliki standar profesional serta tidak ada landasan
objektivitas yang mendasar.
Penelitian menyebutkan, ada sejumlah
176.000 produk pers dan 2.180 jam siaran televisi yang diteliti oleh tim
yang ahli dalam pencitraan media. Studi itu mengungkapkan, ada satu
pendekatan dominan yang dilakukan media Mesir swasta dalam memberitakan
Presiden Mursi, yaitu adanya kebijakan mereka untuk membuat citra
negatif presiden melalui saluran TV, situs website dan surat kabar.
0 komentar:
Posting Komentar