Minggu, 12 Mei 2013

Kekuatan Moral yang Menggentarkan

Oleh: Harun Al Rasyid
Hari pertama pertempuran Qadisiyah, pasukan Muslim terdesak dan nyaris kalah. Di luar dugaan, kuda-kuda pasukan Muslim kalang-kabut menghadapi pasukan bergajah Persia. Selain itu jumlah musuh yang jauh lebih besar cukup mempengaruhi psikologis tentara Qadisiyah. Selama dua hari pertempuran tentara Persia berhasil mengacaukan barisan Muslim.

Namun pada hari ketiga, 1000 bala tentara dari Syam datang dibawah pimpinan Qa’qa bin Amr At Tamimi. Sebelum sampai di medan Qadisiyah, Qa’qa membagi pasukannya menjadi sepuluh batalion kecil, masing-masing beranggotakan 100 tentara. Kemudian mereka bergerak satu persatu menuju medan pertempuran bergabung dengan tentara Sa’ad bin Abi Waqqash yang sudah bertempur selama dua hari. Pasukan ini terus berdatangan seakan ini tidak ada habisnya hingga nyali musuh pun gentar. Sementara tentara Muslim semakin kuat dengan kedatangan bala bantuan yang tak pernah putus ini.

Beberapa abad setelah kemenangan Qadisiyah realita justru berbalik arah. Umat Islam tak lagi bisa membendung ekspansi besar-besaran bangsa barat. Dengan propaganda media, pemikiran, berbagai tuduhan dan fitnah mereka terus memecah belah dan melemahkan umat ini hingga mereka sibuk dengan wacana yang mereka gulirkan.

Inilah Palestina, setelah jatuh dari pangkuan Islam negeri ini menjadi bulan-bulanan kaum zionis demi melancarkan ambisinya. Setiap hari puluhan rakyat ditangkapi, dibunuh dan dizhalimi. Harta mereka dirampas, perkampungan dihancurkan dan diganti dengan pemukiman-pemukiman Yahudi. Sementara Al Aqsa setiap saat tak luput dari penodaan.

Negara-negara Islam belum mampu berbuat banyak memberikan pembelaan, sehingga zionis begitu leluasa meneruskan ambisinya. Gerakan-gerakan perlawanan Palestina tetap bertahan sekalipun dalam pengepungan dan blokade. Mereka berdiri memikul beban seluruh umat Islam mempertahankan bumi waqaf Palestina dan kemuliaan Al Aqsa.

Sudah saatnya kita menyadari, menyatukan suara dan persepsi bahwa Palestina adalah tanggung jawab bersama. Tugas besar ini tak akan mampu dipikul oleh sekelompok orang, melainkan seluruh pihak ikut terlibat.

Kita perlu membangun solidaritas walau dalam bentuk paling sederhana. Walau hanya sekedar menyisihkan sedikit rezki yang kita miliki, walau hanya menyuarakan dukungan dan simpati. Namun jika dilakukan bersama dan terus-menerus maka batu karang yang keras suatu hari akan terbelah jika terus ditetesi air. Para penjajah itu tentu tidak lebik keras dari batu karang.

Solidaritas yang kita bangun terus menerus merupakan kekuatan moral yang kita berikan kepada bangsa Palestina. bantuan umat Islam tak akan berhenti sampai Al Aqsa dibebaskan. Dengan cara ini kita akan menggoncang kekuatan zionis sebagaimana dulu pasukan Qadisiyah berhasil menggoncang tentara Persia.

| Tulisan ini telah dimuat di rubrik "Sikap", buletin SINAI edisi Interaktif, April 2013

0 komentar:

Posting Komentar