Rabu, 22 Mei 2019

Tadabbur: Doa dan Istijabah

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji kita haturkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta'ala yang senantiasa memberikan naungan rahmat dan bimbingannya untuk kita. Sehingga dengannya kita dapat menjalankan tugas kita sebagai pengabdi-Nya.

Selanjutnya shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasul junjungan kita, kekasih-Nya, manusia terpilih, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah: 186 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. 

Allah  subhanahu wa ta'ala dalam ayat ini menegaskan kepada kita betapa dekatnya Dia dengan hamba-Nya. Allah SWT menggunakan kata "hamba-Ku" sebagai isyarat kedekatan. 

Pada beberapa ayat dalam Al Qur'an kita menemukan kata 'abd yang digandengkan dengan nama Allah, atau Ar Rahman, menunjukkan pujian dan pemuliaan bagi hamba tersebut. Mereka adalah para nabi, atau hamba-hamba Allah yang shalih. Ia mendengar setiap doa hamba-Nya setiap kali mereka berdoa. Begitu jelas Allah menyebutkan hal tersebut dalam firman-Nya.

Persoalannya bukan pada keterkabulannya doa yang kita panjatkan. Karena ini adalah hak preogatifnya Allah. Kalau semua syarat terkabulnya doa sudah kita penuhi dan kita laksanakan dengan baik, maka kita hanya diperintahkan untuk bertawakal. Serahkan semuanya kepada Allah, sambil memaksimalkan ikhtiar, sejalan dengan doa kita. 

Persoalan kita sebetulnya adalah pada potongn ayat berikutnya:فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي  (maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku ). Persoalnnya muncul di sini. 

Istijabah di sini sering diartikan dengan ta'at kepada Allah, melaksanakan segala perintah Allah, dan berdoa kepada-Nya. Dalam mentaati Allah, tentu sangat berkaitan dengan segala seruan Allah dalam Al Qur'an, termasuk para nabiNya. Nah, Seperti apa kita merespon semua seruan Allah? Sudahkah kita maksimal dan bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban dari Allah, dan meninggalkan semuruh larangannya. 

Kita sering kali merasa cukup dan selesai dengan kewajiban yang kita tunaikan dengan apa adanya dan separuh hati. Atau bahkan kita mengharapkan balasan yang besar, sementara amalannya tidak sebanding dengan apa yang kita harapkan. Memang benar, Allah akan lipat gandakan nilai setiap kebaikan yang  kita lakukan. Tapi bukan berarti kita kemudian memilih amalan yang minimal. Tetap saja mererka yang amalannya besar akan lebih berhak untuk nilai pahala yang lebih besar juga. Tapi yang lebih penting adalah "kualitas" amalan yang kita lakukan. Memperhatikan syarat, rukun, dan aspek "ihsan" kita dalam setiap amalan. Hal ini menuntut kita melakukan ibadah dengan sempurna dan baik, bukan ibadah yang separuh hati atau asal kewajiban telah gugur.

Bukankah Allah senantiasa menguji siapa di antara kita yang terbaik amalannya? 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Qs. Al Mulk: 2)


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قال: "الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ، وَبَعْضُهَا أَوْعَى مِنْ بَعْضٍ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، فَإِنَّهُ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ"

Hati manusia itu bagaikan wadah, sebagian di antaranya lebih memuat daripada sebagian yang lain. Karena itu, apabila kalian meminta kepada Allah, hai manusia, mintalah kepada-Nya, sedangkan hati kalian merasa yakin diperkenankan; karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan bagi hamba yang berdoa kepada-Nya dengan hati yang lalai.

Lalu Allah melanjutkan, وَلْيُؤْمِنُوا بِي (dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku). Maksudnya adalah senantiasa meyakini bahwa Allah mendengar dan akan mengabulkan doa kita tersebut. Sehingga dengan keyakinian ini kita harus menolak segala bentuk kesyirikan. Orang-orang jahiliyah dalam berdoa kepada Allah, mereka menggunakan media berhala, dengan harapan berhala itu akan menyampaikan segala pintanya kepada Allah. 

Rasulullah SAW bersabda,  

فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، فَإِنَّهُ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ

mintalah kepada-Nya, sedangkan hati kalian merasa yakin diperkenankan; karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan bagi hamba yang berdoa kepada-Nya dengan hati yang lalai.  

Selain itu kita juga harus beriman dan berprasangka baik kepada Allah dalam setiap doa kita. Jangan buru-buru memutuskan sebelum Allah memberikan jawaban atas doa kita. Ada orang yang sudah berdoa siang malam terhadap suatu hajat, namun ketika doanya belum dikabulkan ia putus asa dan tidak lagi berdoa kepada Allah. 

" ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حتى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ: بعزتي لأنصرنك ولو بعد حين"
Ada tiga macam orang yang doanya tidak ditolak, yaitu imam yang adil, orang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang teraniaya diangkat oleh Allah sampai di bawah gamam (awan) di hari kiamat nanti, dan dibukakan baginya semua pintu langit, dan Allah berfirman, "Demi kemuliaan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudahnya.

Wallahu a'lam 
Al Faqiir, Harun Al Rasyid

0 komentar:

Posting Komentar