Rabu, 29 Mei 2019

Menjadi Mukmin Beruntung Setelah Ramadhan

اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.
ايها المسلمون والحاضرون  اني اوصيكم بتقوى الله. انه من يتق الله ويصبر فان ذلك من عزم الامور.
قال ربنا في محكم تنريله
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.[Al Maaidah 5:35]

Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita sekalian, sehingga kita bisa merampungkan puasa pada Ramadan kemarin dan hari ini kita bertemu dengan hari raya Idul Fitri, yang moga bawa berkah bagi kita semua.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada suri tauladan kita dan menjadi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada istri beliau—Ummahatul Mukminin—dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, serta yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.  

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.


Tentu  kita menginginkan keberuntungan, setelah melewati perjuangan besar melawan hawa nafsu selama 1 bulan. Tentu saja kita ingin mendapat hasil yang gemilang setelah berjuang meraih ketaqwaan dan ampunan Allah, dari ibadah Ramadhan yang kita lakukan. Sebagaimana yang telah Allah janjikan dari ibadah puasa kita, yaitu ketaqwaan.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah: 183)

Akan tetapi ketaqwaan ternyata bukan akhir, atau reward yang bisa kita pajang dan bubuhkan bersama nama kita. Melainkan sebuah perintah ketaatan, yang Allah sampaikan dengan tegas dalam firmanNya yang agung. Jika dalam ayat puasa yang biasa kita dengar, ketakwaan merupakan harapan, akhir dari ibadah puasa kita, pada ayat ayat lain justru merupakan kewajiban seorang mukmin.

Mari kita
Allah SWT berfirman:

َياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.[Al Maaidah 5:35]

Ayat ini menekan kepada kita 3 hal agar seorang mukmin beroleh keberuntungan:

  • Perintah bertaqwa kepada Allah

Yang dimakud bertaqwa kepada Allah adalah menenuhi seruan-seruan Allah, baik dalam bentuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, dengan penuh keta'atan. Kemudian membuktikan keimanan, kejujuran kepada Allah dan ketulusan niat hati kita dalam bentuk amal salih.


Taqwa juga berarti menjaga diri dari segala yang bisa mendatangkan murka dan kemarahan Allah. Madrasah Ramadhan yang kita ikuti selama satu bulan hendaknya mampu merobah kareakter kita menjadi insan yang bertaqwa. Karena selama Ramadhan kita sudah dilatih untuk menundukkan hawa nafsu kita, dan mengendalikan diri kita dari semua hal yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. Puasa tak hanya sekedar menahan makan dan minum, tapi juga menahan segala hal yang bisa menghabiskan nilai puasa kita.

من لم يدع قول الزور فليس لله عليه حاخة ان يدع طعامه وشرابه

Siapa yang tak bisa meninggalkan perkataan keji maka Allah tak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.

Ma'asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah

Jika hari-hari kita di bulan Ramadan adalah hari hari pembakaran dosa-dosa, pembersihan jiwa dan hati, penyemaian benih ketakwaan. Maka hari hari kita setelah ini adalah saatnya kita menjaga, mempertahankan dan merawat agar benih ketakwaab itu tetap tumbuh subur dalam jiwa dan raga kita.

Kita tentu faham, bahwa menjaga benih agar tetap tumbuh hingga membuahkan hasil, tentu adalah pekerjaan yang melelahkan dan menyibukkan. Benih harus kita sirami, kita perhatikan kadar airnya, kadar penyinaran cahaya mataharinya, bahkan harus kita lindungi dari serangan hama dan serangga yang mematikan.

Begitu juga dengan keimanan dan ketakwaan yang sudah kita semai selama sebulan Ramadhan. Ketaatan dan kesalihan yang sudah kita upayakan selama bulan Ramadhan, harus senantiasa kita pupuk, kita pertahankan agar tetap menjadi karakter kepribadian kita, walau Ramadhan sudah berlalu. 

Maka jangan sampai, seteleh Ramadhan berlalu, kita kembali kepada kondisi kita sebelum Ramadhan, atau kembali kepada dosa-dosa kita yang lalu. Kita tidak lagi mampu menahan diri, mengendalikan diri dari segala larangan di bulan Ramadhan. Kita seakan menjadi lupa diri. Kita kembali sibuk dengan urusan dunia, tak sempat lagi mendatangi rumah Allah, membaca Al Qur'an, dengan alasan sibuk dengan pekerjaan. Sungguh rugi kita jika ini terjadi.

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)


Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6228-bagaikan-mengurai-kembali-benang-yang-sudah-dipintal-kuat.html
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)


Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6228-bagaikan-mengurai-kembali-benang-yang-sudah-dipintal-kuat.html
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)
 
Lalu seperti apa ketaqwaan yang harus kita wujudkan?

Umar bin Khattab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai hal ini. Ubay bin Ka’ab menjawab dengan bertanya kembali kepada Umar. “Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh dengan onak dan duri?”

Umar menjawab, “Ya, pernah.” Lalu Ubay bin Ka’ab bertanya lagi kepada Umar, “Lalu apa yang kau lakukan?” Umar menjawab, “Aku bertahan dan berusaha sekuat tenaga melewatinya?” Ubay bin Ka’ab menyampaikan, “Itulah yang namanya taqwa.”

Sebuah diskusi yang memberikan sebuah gambaran taqwa dari para sahabat utama Rasulullah saw. Taqwa adalah senantiasa berhati-hati dalam menjalani sebuah kehidupan ini.


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
  • Mencari wasilah menuju Allah

Al-wasilah ialah sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Talhah, dari Ata', dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-wasilah di sini ialah qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah Swt

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari wasilah (jalan) kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti” [Al Israa’ 17:57]

 وَابْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ (dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya) Yakni carilah apa yang dapat mendekatkanmu kepada Allah. Makna dari (الوسيلة) yakni pendekatan dan pembenaran ketakwaan dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya.

وَابْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ (dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya) Yakni carilah apa yang dapat mendekatkanmu kepada Allah. Makna dari (الوسيلة) yakni pendekatan dan pembenaran ketakwaan dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya.

Referensi: https://tafsirweb.com/1919-surat-al-maidah-ayat-35.html
Adapun menurut Imam Asy Syinqithy rahimahullah, yang dimaksud dengan wasilah di sini adalah qurbah (mendekatkan diri) kepada Allah dengan cara melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan ikhlas karena Allah ta'ala. Karena inilah satu-satunya jalan untuk mencapai keridhaan Allah SWT, dan mendapatkan kebaikan dari-Nya di dunia dan akhirat.

Mendekatkan diri kepada Allah harus sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Banyak ayat Allah yang memberikan perintah untuk mengikuti Rasulullah SAW.

وَمَآ ءَاتَـٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَـٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُواْ

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى

قُلْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ


Bagaimana cara kita untuk taqarrub kepada Allah? Antara lain dengan melaksanakan amalan-amalan wajib dan sunnah, sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam sebuah hadis qudsi:

وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ ممَّا افترضتُ عليه، وما يزالُ عبدي يتقرَّبُ إليَّ بالنَّوافلِ حتَّى أُحبَّه، فإذا أحببتُه: كنتُ سمعَه الَّذي يسمَعُ به، وبصرَه الَّذي يُبصِرُ به، ويدَه الَّتي يبطِشُ بها، ورِجلَه الَّتي يمشي بها، وإن سألني لأُعطينَّه، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه، ..

Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”



اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

  • Berjihad di jalan Allah
Ibnu Katsir menjelaskan terkait ayat ini, bahwa tatkala Allah  SWT memerintahkan untuk meninggalkan segala yang diharamkan, dan mengerjakan ketaatan kepada-Nya, Allah juga memerintahkan untuk berperang menghadapi musuh-musuh dari kalangan kafir dan musyrik serta mereka yang keluar dari jalan kebenaran. Hal ini bertujuan untuk memastikan tegaknya agama Allah. 

Adapun perintah berjihad ini akan terus berlaku hingga hari kiamat, bersamaan dengan berputarnya zaman. Bahkan kita senantiasa diperintahkan untuk terus melakukan persiapan-persiapan untuk melahirkan para mujahid-mujahid. 

وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍۢ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍۢ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsir Al Manar menjelaskan makna ayat ini, bahwa jihad dimaksudkan adalah mencurahkan segala kemampuan diri melawan hawa nafsu, dan mengarahkannya untuk berkomitmen melaksanakan kebenaran, berjuang menghadapi musuh-musuh Islam yang berupaya memerangi agama dan menghalangi manusia dari hidayah.Tentu saja ini membutuhkan perjuangan, kesungguhan, kelelahan bahkan pengorbanan.

Dalam aplikasinya, jihad ini dilaksanakan dengan mengangkat senjata untuk memenangkan kalimatullah, memerangi musuh-musuh Islam dari kalangan orang kafir, dengan syarat jika orang kafir tersebut juga menggunakan senjata mereka untuk menzalimi umat Islam. Namun jika tidak, maka tujuan untuk meninggikan kalimat Allah harus tetap direalisasikan, walaupun bukan dengan senjata.

Lalu dengan apa? Sesuai dengan kondisi yang diperlukan. Karena jelas bahwa orang kafir tidak akan senang menerima keberadaan umat Islam sebelum mengikuti millah mereka.

Maka saat ini jihad tersebut tetap harus ditegakkkan, dalam berbagai wujud, seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan, politik, bahkan jihad dengan mengangkat senjata seperti yang dilakukan oleh umat Islam di Palestina melawan Yahudi Israel.

Namun tentu saja perintah ini tidak boleh difahami secara serampangan dan tanpa ilmu. Tidak boleh kemudian melakukan tindakan diluar hukum dan aturan syariat dengan dalih kita ingin menegakkan kalimat Allah, lalu membunuh siapapun yang tak sejalan dengan kita. Tentu saja harus sesuai dengan fikih haal dan prioritas. 

Maka setelah Ramadhan, tugas terbesar kita adalah bagaimana memastikan agar syiar-syiar keislaman bisa tetap tegak di dalam kehidupan kita, di masyarakat dan negeri kita. Karena setelah ini setan-setan akan kembali berkeliaran dan musuh-musuh agama akan terus melancarkan upaya mereka merusak pondasi-pondasi tauhid dalam kehidupan masyarakat.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. 

Inilah 3 hal yang Allah sampaikan agar kita beroleh keuntungan dan kemenangan di hari yang mulia ini. Karena kemenangan itu bukan kita sekedar mampu menjalani ibadah puasa selama 1 bulan, atau sekedar menahan makan dan minum. Tapi ketika kita mampu mempertahankan ketaatan dan ibadah kita kepada Allah setelah Ramadhan. Kita mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu dan syahwat duniawi kita, hingga selesai Ramadhan dan seterusnya.

Kembali fitrah bukan sekedar semangat dan slogan kita di hari lebaran. Akan tetapi kembali kepada hakikat penciptaan kita, yaitu beribadah kepada Allah.

وما امروا الا ليعبدو الله مخلصين له الدين حنفاء

Inilah makna minal 'a idin wal fa idzin
Kembali kepada hakikat penciptaan kita, beribadah kepadanya, dan memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu duniawi kita.

Boleh saja kita merayakan hari fitri ini dengan aneka kue dan penganan lebaran, sebagaimana arti idul fitri itu sesungguhnya adalah hari berbuka. Boleh saja kita bergembira dengan memakai pakaian baru, karena hari ini adalah satu dari dua kegembiraan yang Allah berikan bagi orang mukmin yang berpuasa.

Namun bukan ini yang dimaksud dengan ied ini.

Seorang ahli hikmah berkata:

ليس العيد لمن لبس الجديد
Bukanlah Ied orang yang memakai baju baru…
إنما العيد لمن طاعاته تزيد
Hanyalah Ied bagi orang yang bertambah ketaatannya…
Akhirnya mari kita tutup khutbah kita kali ini dengan bermunajat kepadanya. Semoga berkah, kemuliaan hari ini diberikan untuk kita semua. Segala amalan kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah, dan dosa-dosa kita diampuni dan dimaafkan.

ان الله وملئكته يصلون على النبي . يا ايها الذين امنو صلوا عليه وسبمو تسليما..

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
الهم ات نفوسنا تقواها . وزكي انت خير من زكاها . انت وليها ومولاها
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم  تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Madinaturrisalah, 24 Ramadhan 1440
Naskah Khutbah Ied di Surau Gadang Paninggahan Solok, 1 Syawal 1440 H



“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.[Al Maaidah 5:35]

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html

0 komentar:

Posting Komentar