Rabu, 05 Juni 2019

Ramadhan Pergi, So What?

Akhirnya Ramadhan pun pergi meninggalkan kita. Bulan penuh berkah dan bertabur pahala itu pun berlalu. Menyisakan bekas ketaatan dalam diri setiap insan beriman. Menyisakan catatan ketaqwaan dan indahnya hari-hari bersama Allah, bersama zikir, Al Qur'an dan berbagai kesalihan lainnya di bulan Ramadhan.

Mungkin masih kuat ingatan kita saat i'tikaf 'mengincar' lailatul qadr. Ada yang pindah selama 10 hari dari rumah ke masjid, ada juga yang 'ngalong' pergi senja pulang pagi demi mencari satu malam penuh berkah itu. 

Lalu apa lagi setelah Ramadhan?

Agar kepergian Ramadhan bernasib sama dengan kepergiang 'sang mantan', beberapa hal berikut perlu kita perhatikan:

1. Menyempurnakan ketaatan di bulan Ramadhan.

Artinya ketaatan-ketaatan yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan, jangan kita hentikan setelah Ramadhan berlalu. Ibadah puasa, shalat, tilawah Al Qur'an, sedekah dan aneka amal shalih lainnya, jika sudah kita maksimalkan pelaksanaanya di bulan Ramadhan, perlu diteruskan dan tingkatkan. 

Jelas, selalu ada kekurangan dari setiap ibadah yang kita lakukan. Maka jangan berpuas hati dengan ibadah yang apa adanya. Terus perbaiki, karena kita tidak tahu ibadah shalat, puasa, sedekah yang mana yang menjadi wasilah kita menuju syurga.

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS.  Al Baqarah: 185)

2. Tsabat dalam Ketaatan

Banyak orang yang bersegera menuju ketaatan tatkala Ramadhan datang. Taat dan merasa diwajibkan mendatangi rumah rumah Allah, merebut semua peluang ketaatan dan bersemangat dalam ibadah. 

Namun ia pun bersegera keluar meninggalkan rumah Allah sesaat setelah mengucapkan salam dalam shalatnya.  Semangat ketaatannya memudar dan hilang ketika Ramadhan berlalu, bahkan terkuras habis demi menyambut hari raya. Ini sungguh merugi.

Allah dan Rasul memerintahkan kita untuk taat dan stabat (konsisten) dalam ketaatan, bukan ikut-ikutan dengan kesalihan sesaat dan musiman.

Bahkan lebih celaka, ada yang kembali ke masa lalunya setelah musim ketaatan itu selesai.

Allah berfirman:

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)


Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6228-bagaikan-mengurai-kembali-benang-yang-sudah-dipintal-kuat.html
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)


Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6228-bagaikan-mengurai-kembali-benang-yang-sudah-dipintal-kuat.html
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An Nahl: 92)

Ada beberapa amalan yang perlu dilakukan agar kita senantiasa tsabat dalam ketaatan:
  • Menjaga shalat lima waktu, berjamaah, terutama shalat subuh
  • Senantiasa membaca Al Qur'an
  • Memperbanyak zikir
  • Rutin alam berdoa
3. Melaksanakan Puasa Sunnah

Jangan lewatkan puasa sunnah 6 hari di bulan syawwal. Karena keutamaannya yang besar. Mumpung semangat puasa Ramadhan masih tersisa, maka lakukan ibadah yang satu ini. 

Baginda Rasul bersabda:

(مَنْ صامَ رمضانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ ستّاً مِنْ شوَّالٍ، كانَ كصيامِ الدَّهْرِ)،

"Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu mengikuti dengan puasa 6 hari di bulan syawwal, maka keutamannnya seakan ia berpuasa sepanjang tahun"

4. Tanda Diterimanya Amal Salih 

Tentu kita berharap satu hal saja dari semua ibadah yang kita lakukan, yaitu dikabulkan oleh Allah. Ibadah yang dikabulkan oleh Allah, menjadi alamat keselamatan dan keberuntungan perniagaan kita dengan-Nya.

Imam Ali bin Abi Thalib ra. setiap selesai musim ketaatan senantiasa mengatakan:

"Selamat untuk orang yang dikabulkan amalnya, dan duka cita bagi yang amalannya tertolak"

Kita berlindung kepada Allah dari amalan yang tertolak.

Diantara ciri diterimanya amalan seseorang, antara lain:
  • Meninggalkan dosa dan kemaksiatan secara total
  • Khawatir ibadahnya tertolak, seorang mukmin senantiasa berdoa agar amalnya diterima oleh Allah
  • Mengikuti ketaatan dengan ketaatan berikutnya
  • Menghindari sifat ujub dan merasa lebih baik dalam amalan
  • Mencintai seluruh ketaatan kepada Allah dan berusaha melakukannya
  • Berdoa agar senantiasa dimudahkan dalam kesalihan dan ketaatan
  • Mencintai orang salih, menjaga silaturrahmi dan meneladani mereka
  • Memperbanyak istighfar
  • Kontinyu dalam amal shalih, walaupun sedikit dan kecil
Wallahu a'lam

Paninggahan, 1 Syawwal 1440 H


0 komentar:

Posting Komentar