Senin, 24 Juni 2019

Penjara Mesir yang Allah Abadikan 3

Bismillahirrahmanirrahim,

Penjara akhirnya menjadi pilihan Yusuf as demi menyelamatkan diri dari tipu daya Zulaikha. Adapun keluarga istana menganggapnya sebagai tameng penyelamat dari rasa malu. Namun di kemudian hari kebenaran terungkap jua. Zulaikha mengakui kekeliruan ambisi cintanya pada Yusuf.

Di penjara, Yusuf ternyata Allah persiapkan menjadi orang besar. Ia masuk penjara, bersamanya ada dua pemuda, yang juga  yang konon adalah pelayan al-Aziz.

وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang diantara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur". Dan yang lainnya berkata: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung". Berikanlah kepada kami ta'birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi).

Yusuf as Allah berikan kelebihan berupa ilmu takwil mimpi. Di penjara inilah ia kemudian menakwilkan mimpi dua lelaki pelayan al-Aziz. Dari mimpi ini kemudian mengantarkan Yusuf ke istana. Mereka yang tadinya penganut agama paganisme, -keyakinan warga Mesir saat itu- menemukan cahaya kebenaran lewat dakwah Yusuf selama di penjara. 

Ini menjadi hikmah besar di kemudian hari, dan akhirnya membuka mata banyak orang, bangsawan istana,  dan saudara-saudaranya yang dulu membuangnya ke sumur.

Yusuf, yang dipenjara bukan karena kesalahan, menemukan ladang dakwah baru, penjara. Dia menemukan banyak diantaranya dipenjara tanpa alasan yang jelas. Yusuf memainkan perannya. Ia tak putus asa atau meratap dan meminta belas kasihan lantaran merasa 'baper' karena terzalimi.

Di penjara, ia mengenalkan diri, agamanya, dan menceritakan karunia Allah untuk hambanya.

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya). (Qs. Yusuf: 38)

Kemudian barulah Yusuf meluruskan pemahaman mereka tentang ketuhanan. Tuhan mana yang layak untuk disembah, tuhan-tuhan yang mereka ciptakan, ataukah Tuhan yang telah menciptakan mereka dan berkuasa atas kehidupan? 

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (Qs. Yusuf: 39).

Melalui dakwah Yusuf inilah, hati mereka yang selama ini tertutup menjadi terbuka. Mereka yang sudah lama putus asa akibat kezaliman, kembali menemukan harapan.

Inilah penjara Yusuf. Penjara yang orang-yang merdeka dari penghambaan kepada taghut Mesir. Di sini banyak orang-orang baik menghabiskan hidupnya. Banyak orang yang memilih untuk teguh dengan kebenaran. Tak sedikit yang menemukan kebenaran di balik jeruji-jeruji kezaliman. Mereka sesungguhnya Merdeka. Wallahu a'lam





0 komentar:

Posting Komentar