Kamis, 09 Agustus 2012

Masa Depan Hubungan Luar Negeri Mesir


1.    Hubungan Mesir dengan negara-negara kawasan (regional)
Terpilihnya Mohamad Morsi sebagai presiden pertama yang dipilih lewat jalur
demokrasi murni membawa wajah baru bagi keikaakn luar negeri Mesir kedepannya.
Ada beberapa  targetProyek Kebangkitan Nasional terkait hubungan dan kebijakan
luar negeri Mesir ke depannya:
a.    Mengembalikan peran utama Mesir di tingkat regional Afrika dan memperkuat perjanjian baik yang bersifat bilateral atau multilateral dengan sasaran utama melindungi kepentingan bangsa Mesir baik didalam maupun luar negeri
b.    Menjaga stabilitas keamanan regional dan kawasan teluk serta mendorong adanya kerjasama antar negara-negara islam di kawasan Arab ke arah yang lebih baik dengan tetap mempertimbangkan kepentingan bangsa Mesir.
c.    Membangun segala bentuk kerjasama dengan berbagai pihak dalam skala internasional, baik tingkat kawasa Afrika, Asia maupun dengan negara-negara Barat. Dengan ini diharapkan adanya kerjasama yang menguntungkan keduabelah pihak khususnya Mesir di tingkat Internasional
d.    Meletakkan dasar-dasar hubungan timbal balik dan memperjuangkan hak-hak bangsa Mesir di luar negeri dan mamaksimalkan peran kedutaan dalam kebijakan politik untuk memecahkan persoalan bangsa Mesir di negara yang bersangkutan
e.    Memanfaatkan peran strategis Al-Azhar dan gereja sebagai sarana komunikasi dan diplomasi yang bersifat keagamaan.

2.    Hubungan Internasional (Mesir-Amerika Serikat)
Sejak pecah revolusi 25 Januari 2011, AS terus berupaya memainkan peran baik mendorong percepatan demokrasi di Mesir.Lewat pernyataannya Barrack Obama mendesak agar Mubarak segera mengakhiri masa jabatannya.Dalam masa-masa selanjutnya AS terus memantau perkembangan Mesir dari waktu ke waktu.Bahkan ketika berlangsung pemilu presiden mantan presiden AS datang lagsung ke Mesir memantau jalannya prmilu pertama demokrasi Mesir sepanjuang sejarah ini.

Ada kekhawatiran AS ketikamelihat meningkatnya pamor gerakan Islam, terutama Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya dianggaporganisasi terlarang dan berbahaya.
Pengaruh IM kian terlihat menguat di tengah gelombang revolusi Mesir. Beberapa fenomena terkait menguatnya pengaruh IM, diantaranya:
a.    Keberhasilan referendum 19 maret 2011. Mayoritas suara bangsa Mesir sepakat dengan referendum ini, mengubah seluruh konstitusi Mesir.
b.    Hilangnya sebagaian besar dukungan pada partai tunggal pengasa NDP yang dibubarkan pada April 2011. Pada waktu bersamaan tak ada kekuatan politik yang terkuat selain Ikhwanul Muslimin. Beberapa analisa enilai IM akan mendapatkan kursi terbanyak pada pemlu parlemen. Dan kenyataan menunjukkan bahwa targer 50% suara yang ditargetkan IM tak meleset jauh. IM mendapatkan 30-40% kursi di parlemen.

Kemenangan IM dalam pemilu parlemen disusul keikut sertaan IM dalam pilpres menyebabkan goncangan di pihak AS. Apalagi didukung oleh pernyataan-pernyataan Israel yang mengisyaratkan kekhawatiran akan masa depan Mesir yang cukup membahayakan kepentingan Zionis di kawasan jika Mesir dipimpin oleh IM.

Seorang analis berkebangsaan Amerika, Eric Trager mengungkapkan bahwa dimata IM adalah musuh yang berbahaya bagi AS karena pemikirannya dianggap menyimpang dan dekatdengan kelompok “jhadiyyun”. Pada saat yang sama petinggi IM telah mencap AS sebagai negara teroris, akibat perlakuan mereka atas Iraq, Afghanistan dan Bosnia. Kemudian sikap IM yang tidak mengakui hak-hak Israel atas Palestina. Akan tetapi AS tak punya pilihan untuk membendung arus besar ini, disebabkan beberapa hal:
a.    Adanya peringatan tegas Dewan Militer dan kekuatan-kekuatan politik sebelum pemilu digelar bahwa AS tak berhak ikut campur dengan apa yang terjadi di dalam negeri Mesir. Siapapun yang memenangkan pemilu demokrasi pertama ini, AS harus menerimanya.
b.    Pada waktu bersamaan IM juga diminta untuk tidak ikut campur dala perang Arab Israel, terutama terkait masalah Palestina.
c.   Sebelumnya pemerintah AS menyatakan dukungannya terhadap kekuatan liberal dalam menghadapi peningkatan dukungan terhadap IM.
Dengan ini AS hanya punya pilihan menjaga hubungan baik dengan pemerintah Mesir mendatang. Hal ini juga didukung dengan kenyataan bahwa kekhawatiran AS bahwa Mesir akan sama dengan Iran jika dipimpin oleh IM tidak memiliki alasan yang kuat.
Ke depan, hubungan Mesir dan AS hanya sebatas menjaga kepentingan-kepentingan kedua negara. Mesir juga berkepentingan paran AS untuk mendukung proses demokrasi.

Referensi:
*Amerika, Militer dan Ikhwanul Muslinin -Mohamed Saruji

0 komentar:

Posting Komentar